Marvin berguling di kasurnya dengan malas. Matahari sudah tinggi di langit, tapi rasanya Marvin belum ingin beranjak dari pembaringannya yang nyaman dan memiliki sedikit aroma Helen di sana.
Padahal hari ini hari Sabtu, tapi rasanya Marvin ingin hari ini cepat-cepat berlalu.
Bukan karena apa. Tapi beberapa bulan ke belakang terbiasa dengan kehadiran Helen di sana membuat akhir pekan minggu ini terasa begitu kosong.
Sejak Jumat malam kemarin, Helen memutuskan untuk menginap di hotel tempat kedua orang tuanya berada dengan alasan ingin melepas kangen dan juga numpang sarapan hotel gratis (kapan lagi, kan, bisa makan breakfast buffet hotel bintang lima secara gratis?). Dan tipikal Helen yang kalau sudah fokus jarang buka handphone itu bikin Marvin uring-uringan.
Udah bangun? tanya Marvin berusaha mengirim telepati pada Helen.
Udah, dong. Ini lagi makan.
Telfon aku diangkat, dong.
Tak lama, ponsel Marvin berbunyi.
"Kenapa?" tanya Helen.
"Pengen videocall," jawab Marvin manja.
"Malu, ih! Lagi banyak orang," jawab Helen. Marvin bisa membayangkan Helen merengut di seberang sana. "Sebentar aja, ya?"
Marvin menjauhkan ponsel dari telinganya. Tampilan layarnya berubah, tersebung dengan panggilan video dengan tampilan piring makan terisi dengan sejumput pasta, sosis, bacon, dan telur mata sapi.
"Kamunya mana?" rengek Marvin.
"Nih." Tampilan layarnya berubah menjadi Helen yang sudah kelihatan segar dan rapi. Rambutnya yang sudah memanjang dibuat bergelung pada bagian ujungnya.
"Kok masih di ranjang?" tanya Helen.
"Iya, males. Nggak ada kerjaan," jawab Marvin sekenanya.
"Udah laundry baju?" tanya Helen yang dijawab dengan gelengan. "Nah, itu kerjaan."
Marvin malah tertawa. "Itu mah kerjaan gampang. Tinggal dimasukin ke mesin cuci juga beres."
Helen memutar mata, tahu benar kalau Marvin tidak akan mencuci sendiri baju-bajunya meskipun dia punya mesin cuci dan dryer. Ujung-ujungnya, pasti Marvin akan melaundry bajunya di jasa laundry kiloan yang ada di lantai satu apartemen.
"Udah sarapan?"
"Belom."
"Loh? Tumben. Kenapa?" Karena Helen tahu benar Marvin harus selalu sarapan setiap pagi atau moodnya akan berantakan. Marvin dan jam makannya itu kadang bisa jadi sangat merepotkan.
"Jere bilang, Nara mau dateng bawa makanan. Jadi dia ngelarang aku buat beli makan di bawah. Tapi nggak tahu, tuh. Anaknya belum dateng sampe sekarang."
"Udah nggak ada pisang, ya, di meja makan?"
"Udah abis. Semalam dimakan Jere," adunya.
"Ya udah, sebentar lagi sampe, kali," hibur Helen.
Entah siapa yang ada di depan Helen, tapi perempuan itu tampak menampilkan senyum canggung pada orang di sana. Perempuan itu lalu mendekat pada ponselnya. Suaranya jadi terdengar berbisik. "Udah kan liat akunya? Malu, nih. Restorannya udah rame."
Marvin mendengus menahan tawa. "Iya, iya. Sana habisin makanannya."
"Dah..." Helen melambaikan tangan lalu sambungan terputus.
Baru Marvin akan meletakkan ponselnya di meja belajar, sebuah pesan masuk dari Helen
Helen
bonus difotoin kakak
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Bau Klepon
Fanfiction[On Going] Marvin ingat pernah mencium aroma ini. Baunya seperti perpaduan pandan, kelapa, dan gula merah hangat. warning : markhyuck, gs, lokalau, ABO! Omegaverse Start : May 31, 2022 #1 genderswitch (8 oct 2023)