Pulang

1.5K 218 28
                                    

Oh, astaga... rasanya Helen tidak pernah tidur senyaman dan selelap semalam. Rasanya benar-benar tidur tanpa merasa khawatir hingga bangun pun terasa sangat segar.

Meski begitu, rasanya Helen tidak mau bangun. Inginnya terus memeluk Marvin dan memendam wajahnya di dada bidang itu.

"Khkh..." Marvin menahan tawa ketika Helen tidak juga mau melepaskannya. Padahal dia juga tahu kalau Helen sudah bangun dari tadi. Mungkin karena cuaca kelabu dan hujan sedang turun membuat udara jadi semakin dingin dan lebih nyaman bergelung dalam pelukan.

Rasanya Marvin jadi gemas sendiri. Ia memeluk kepala Helen lalu menghujani pucuk kepalanya dengan ciuman-ciuman seringan kepak sayap kupu-kupu yang membuat Helen malu.

Oh sial. Rasanya Helen mau sembunyi saja, tidak berani melihat wajah Marvin.

"Turun, yuk. Udah siang," ajak Marvin.

Helen malah menggeleng. Tangannya mencengkeram kaos yang Marvin kenakan.

"Kenapa?"

Malu...

Pelan-pelan, Helen mendongak, berusaha mengintip Marvin. Dengan segera ia kembali menunduk ketika matanya bertatapan dengan Marvin. Lelaki itu terkekeh kecil melihat tingkah malu-malu omeganya. Helen akhirnya melepaskan pegangannya dari Marvin lalu berguling ke samping dan memendam wajahnya yang panas ke dalam bantal, menghindari tatapan alpha itu.

"Sana, turun duluan. Aku nanti nyusul," jawab Helen dengan suara redam.

"Yakin gak mau bereng aja?" tanya Marvin.

Helen menggeleng. "Belom mandi. Bau."

Marvin dengan sengaja mendekat. Mengendusi perpotongan leher Helen yang beraroma campuran kelapa, gula merah, pandan, dan teh hitam. Rasanya begitu menyenangkan menyadari baunya menempel di tubuh Helen. "Enak gini baunya."

Perempuan itu menoleh ke belakang. "Gombal!" sungut Helen.

Marvin dengan sengaja menimpa tubuh Helen sehingga omega itu terkungkung di antara kasur dan tubuh Marvin.

"Ihhh gerah, Marvinnn!" rengek Helen sambil menggeliat, berharap kalau Marvin akan bangkit dari tubuhnya.

Bukannya menurut, Marvin malah semakin jahil dengan melingkarkan tangannya ke bawah perut Helen sehingga mereka semakin menempel dalam posisi mengganjal di perut.

"Marvin! Ihh!" gerutu Helen. Keduanya saling bergulat di atas ranjang. Berguling hingga selimut dan bantal berjatuhan, serta seprai tak lagi rapi. Tentu saja, kalau mau dibandingkan, tenaga Helen tidak ada apa-apanya dibanding Marvin. Semakin Helen melawan, semakin besar juga kejahilan Marvin menjadi. Membuat alpha muda itu tertawa senang.

Tok! Tok! Tok!

"Mating jangan pagi-pagi, woi!" seru Jere dari balik pintu seketika menghentikan kejahilan keduanya.

"Tuh, kan! Orang jadi ngira kita lagi ngapa-ngapain!" oceh Helen sambil mencubit lengan Marvin.

"Aduh!" Marvin sontak melepaskan pelukannya dari Helen sehingga omega itu bangkit dan segera ke kamar mandi.

.
.
.

Helen baru turun dari kamar di jam setengah sepuluh. Sudah mandi dan kelihatan rapi untuk pulang siang ini.

Ia melihat Nara di meja makan, sedang menuang nasi goreng ke piringnya. Di meja makan sudah tersaji nasi goreng, telur mata sapi, dan sosis goreng. Hanya ada Nara seorang di sana. Perempuan beraroma peppermint dan gula batu itu mengenakan sweater bau-abu beraroma nipis dan sereh (yang Helen yakin adalah miki Jere), membuat Helen ingin duduk berjauhan darinya.

Omega Bau KleponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang