Cemburu

1.2K 188 38
                                    

"Kamu mau ikut, gak?" tanya Marvin pada Helen di sela-sela bunyi dengungan mesin pengering rambut. Ia melirik Helen yang masih menguasai dapur apartemennya.

Hari Sabtu sore itu hanya tinggal beberapa jam sebelum acara reuni akbar SMA Marvin dimulai tapi Marvin masih belum berhasil meyakinkan Helen untuk menemaninya pergi ke acara itu.

"Gak, ah. Males. Nggak kenal siapa-siapa," tolak Helen masih dengan jawaban yang sama seperti hari kemarin.

Tadi siang Helen datang ke apartemennya dengan membawa tujuh kotak bekal makan buatannya yang hanya perlu dihangatkan di microwave semua ini semata-mata untuk Marvin yang gaya hidupnya tidak sehat itu. Sejak hubungan mereka membaik dan tidak lagi canggung, Helen semakin sering datang dan memasak. (Well, sebenarnya Helen senang melihat Marvin makan dengan lahap dan dia jadi sangat serakah dengan mengingkan Marvin hanya makan masakannya saja).

"Kan ada aku," jawab Marvin sambil mematikan hairdryer.

Helen menoleh dari kulkas. "Nggak bawa baju," alasannya.

"Beli di bawah."

"Boros," cibir Helen. Perempuan dengan kaos dan celana pendek itu mendekat pada Marvin. Ia duduk di sofa ruang tengah, bertopang dagu sambil memperhatikan Marvin menata rambutnya.

Baru kemarin sore Marvin menuruti kata Helen untuk potong rambut dan nampaknya Helen bimbang, haruskah ia senang atau sebal melihat Marvin jadi jauh lebih tampan daripada sebelumnya. Betul apa kata Regina tempo hari, Marvin hanya perlu dipoles sedikit untuk kelihatan menarik. Helen jadi penasaran sejauh mana ia bisa mengubah Marvin jadi lebih tampan.

"Jangan pakai kaos hitam. Yang putih aja," tunjuk Helen pada kaos yang baru Marvin ambil dari tumpukan baju di lemari.

Helen mendekat. "Mau pake jas yang biru, kan? Pake putih aja. Bagusan putih," ucap Helen.

"Tapi kaos putih aku udah sempit, Len," jelas Marvin.

"Bukannya kamu baru beli?"

"Salah ukuran. Biasa aku beli yang M muat. Kayanya sekarang harus beli yang  L."

Helen mengernyitkan dahi. Ia memandangi Marvin dengan saksama. "Masa?"

Marvin menghela napas. Ia melepas kaos rumahan yang ia kenakan, lalu memakai kaos putih itu. "See?" ucapnya malas setelah kaos itu menempel lekat di badannya seperti bungkusan lontong dengan perut membuncit dibandingkan dulu.

Helen tidak bisa tidak tertawa. "Gendut."

"Gara-gara siapa?" balas Marvin sambil melepas kaos itu lalu menukarnya dengan kaos hitam pilihannya.

"Gara-gara kamu makan mulu, lah," jawab Helen tidak mau kalah sambil cekikikan. Sebenarnya, Helen juga tahu kalau itu gara-gara dirinya. Selain karena Helen selalu memasak untuk Marvin, alphanya itu juga selalu kebagian menghabiskan makanan Helen. Habisnya, Helen suka penasaran dengan banyak makanan. Tapi sering kali rasa penasarannya itu lenyap setelah tiga suap, menyisakan Marvin yang bertugas menghabiskannya. Kan sayang, begitu pikir Marvin.

"Gigit, nih," canda Marvin sambil mengigit bahu Helen main-main yang dihadiahi pukulan oleh Helen.

"Omong-omong, Mama Papa aku dateng hari Kamis minggu depan," ucap Helen sambil Marvin mengenakan. "Aku mau jemput ke bandara."

"Jam berapa?"

"Di jadwal landingnya jam delapan malam kalo gak delay."

"Ya udah, aku jemput kamu abis pulang kantor kaya biasa."

Helen merengut. "Aku mau pergi sama Kak Miguel. Kakak yang jemput aku di kantor. Terus kita nganter Papa Mama langsung ke hotelnya Kakak," ujar Helen menjabarkan rencananya.

Omega Bau KleponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang