Heat itu sungguhan datang saat tengah malam. Rasa panas menguasai tubuh Helen. Pendingin udara tidak mampu meredam panas. Helen bergerak belingsatan seperti cacing kepanasan di kasur.
Bagian bawah Helen mulai mengeluarkan cairan pelumas dengan aroma seperti gula merah pekat yang dipanaskan pada tungku arang dari batok kelapa.
Perut bagian bawahnya sakit. Omega itu merintih minta tolong.
Selama ini heatnya datang tidak pernah sesakit ini. Rasanya seperti berbaring di atas ranjang berduri. Bahkan aroma teh hangat yang diseduh Regina tidak mampu meredam sakit yang Helen alami. Padahal, sepulangnya Marvin dari apartemen, ia langsung minum suppresannya. Entah bagaimana, suppresannya tidak bekerja.
Ia menangis sambil meringkuk. Kepalanya ada di pangkuan Regina.
Regina mengigit bibirnya kuat-kuat. Ia duduk di tepi kasur Helen sambil mengelus rambut temannya itu, khawatir kalau heat Helen semakin menyakitkan.
"Len, panggil Marvin aja, ya?" bujuk Regina. "Heatnya nanti makin sakit kalo nggak ditemenin mate."
"Tapi gue kan belom ditandai, Re. Harusnya nggak sesakit ini, kan?" jawab Helen sambil menangis sesenggukkan.
"Lo udah sakit kaya gini masih mikirin hal begitu? Sekarang satu-satunya solusi dari sakit heat lo ya cuma Marvin," kesal Regina. "Mana handphone, lo? Sini gue telfon Marvin."
Regina manyambar ponsel Helen yang tergeletak di ujung kasur. Ia langsung mencari kontak Marvin.
.
.
.Berulang kali Marvin berganti posisi di kasurnya, tapi kantuk belum juga datang. Rasanya gelisah. Aroma manis Helen masih terngiang-ngiang di ujung menciumannya. Begitu manis, memabukkan, dan membuat Marvin hampir lupa diri.
Tidur, Max! perintah Marvin dalam hati.
Gimana bisa kamu masih menahan diri setelah mencium aroma semanis itu?! gerutu Max.
Helen akan marah kalau aku memaksanya.
Lalu? Peduli apa omega itu? Harusnya dia tunduk pada alphanya!
Max di dalam sana berputar-putar dengan gelisah. Aroma yang dikeluarkan Helen dan Sun benar-benar membuat adrenalin mengalir deras di seluruh pembulu darahnya. Rasa gembira dan semangat yang mengalir deras membuat Max jadi terlalu berenergi dan ini berarti buruk buat Marvin yang sudah lelah seharian bekerja dan harus kembali terjaga untuk menahan Max.
Ponsel Marvin mendadak bunyi. Panggilan dari Helen.
"Halo, Len?"
Bukan suara Helen yang Marvin dapat. "Vin, ini Regina. Helen mendadak heat. Lo bisa ke sini sekarang, gak?"
"Re, gue gak bisa ke sana. Nanti gue bisa lepas kendali."
"Lepas kendali juga sama mate lo, kan?" omel Regina. "Ini Helennya kesakitan! Dia cuma akan tenang kalau ada lo!"
"Re-"
"Apa? Lo mau nyuruh Helen minum supresan lagi? Vin, lo gak bego, kan? Suppresan nggak akan mempan sama orang yang udah ketemu mate-nya."
Marvin mengacak rambutnya frustasi. Di dalam sana, Max terus-terusan menghasutnya untuk segera pergi ke tempat Helen.
"Vin?" Suara Helen terdengar di speaker telefon.
"Len?"
"Vin, sakit..." rengek Helen dengan suara manja yang belum pernah Marvin dengar.
Hati Marvin mencelos.
Tanpa pikit dua kali, ia segera bangkit dari ranjang menyambar jaket, helm, dan kunci sepeda motor. Angin malam bukan halangan kalau suara Helen yang merintih seakan menyayat hati Marvin. Yang ada dalam pikiran alpha itu hanyalah sampai di apartemen Helen sesegera mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Bau Klepon
Fanfiction[On Going] Marvin ingat pernah mencium aroma ini. Baunya seperti perpaduan pandan, kelapa, dan gula merah hangat. warning : markhyuck, gs, lokalau, ABO! Omegaverse Start : May 31, 2022 #1 genderswitch (8 oct 2023)