01. Pertemuan Di Padang Rumput

127 66 9
                                    

7 tahun kemudian.
Di dalam hutan paling selatan kerajaan, seorang gadis berambut pirang berlari. Nafasnya yang terengah-engah tanda jika dia telah berlari cukup jauh. Di belakangnya, sebuah bayangan mengikutinya dengan kecepatan yang sama. Gadis itu berlari sampai dia melihat sedikit cahaya di depannya. Dia mencoba berlari lebih cepat, Seseorang, tolong aku. Gadis itu berharap jika di balik cahaya itu ada sebuah kota atau pemukiman di mana dia bisa minta pertolongan seseorang, tapi dia salah. Matanya yang biru dan rambut pirangnya yang sampai ke pinggang itu semakin terlihat terang ketika dia sampai di padang rumput yang luas. Gadis itu mengenakan kemeja kancing lengan panjang yang panjangya sampai ke bawah pinggangnya, dengan rok bewarna putih, bersama dengan stocking putih di kedua kakinya.  Bayangan yang mengikutinya juga ikut keluar dari dalam hutan. Bayangan itu adalah seorang Bandit, orang yang tidak bisa menjadi ksatria dan suka melakukan kejahatan. Bandit itu mendekati sang gadis sambil memegang pisau di tangan kanannya. Semakin dia mendekati sang gadis, niat jahat dari wajahnya semakin terlihat. Gadis pirang memperhatikan sekitarnya, tidak ada tempat bersembunyi maupun sesuatu yang bisa  digunakan untuk melindungi dirinya. Dia mencoba berlari tapi terjatuh, kakinya sudah tidak sanggup berlari. Bandit itu semakin dekat dengannya, jaraknya hanya beberapa meter dari dirinya. Gadis itu memejamkan mata, dia berharap semuanya segera berakhir setelah dia membuka matanya. Langkah kaki sang bandit semakin terdengar, sang gadis memegang dadanya dengan kedua tangannya dan berdo’a, “Dewi Athena, tolong aku.”

“Agh!” sang bandit berteriak kesakitan. Gadis pirang memberanikan diri membuka mata, sebuah panah menancap di bahu kiri sang bandit. Dari kejauhan, seseorang dengan jubah putih dan tudung yang menyembunyikan mukanya dan membawa busur dengan menunggangi kuda datang ke arahnya. Dengan busur yang dibawanya, orang itu kembali memanah ke arah bandit dan mengenai tanah yang ada di depannya. Sadar jika pengendara itu mencoba mengusirnya, sang Bandit berlari ke arah hutan, “Cih! Itu si White Rider.” Sambil memegangi bahunya yang masih tertancap panah, bandit itu menghilang ke dalam hutan. Si gadis pirang berdiri ketika Pengendara Putih itu mendekatinya, beberapa pertanyaan muncul di dalam kepala sang gadis, siapa orang itu? apakah dia seorang ksatria? tapi tidak ada ksatria yang menggunakan busur sambil mengendarai kuda, atau apakah Dewi Athena yang mengirimnya untuk menyelamatkan sang gadis. Pengendara itu sudah di depannya sebelum dia menemukan jawaban yang ada di kepalanya. Orang itu membuka tudung kepalanya, lalu berucap, “Tidak apa-apa, kau aman sekarang.” Seorang bocah laki-laki berambut hitam dengan matanya yang berwarna merah tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah gadis pirang. Air mata sang gadis keluar ketika dia meraih tangan sang penyelamatnya. Sambil memegang erat jubah putihnya, gadis itu hanya diam ketika sang pengendara, bocah laki-laki itu membawanya di belakang menaiki kuda menuju lebih jauh ke tengah padang rumput.

Pengendara muda itu menghentikan kudanya ketika sampai di depan sebuah tenda putih. Dia membantu sang gadis turun lalu menepuk kudanya, “Terimakasih, aku akan memanggilmu lagi nanti.” Seakan memahami maksud si penunggang, kuda itu berlari menjauh. Gadis itu baru sadar jika kuda itu tidak mengenakan pelana dan bocah itu mengendarainya hanya dengan seutas tali yang dilingkarkan di leher kuda. Bocah itu mengajak sang gadis masuk ke dalam tenda dan mempersilahkannya duduk di lantai di depan sebuah meja bundar. Dia kemudian mengambil sekeranjang kecil berisi buah-buahan dan segelas susu untuk sang gadis, “Makan membuatmu lebih baik,” ucapnya yang kemudian pergi untuk mengganti pakaian. Sebuah apel merah segar yang ada diantara tumpukan keranjang menggoda sang gadis, dia memang sangat menyukai apel. Gadis itu mengambil apel dan mulai menggigitnya. Sambil memakan apel, gadis itu memperhatikan sekitarnya, ada sebuah meja panjang yang di atasnya terdapat busur yang bocah itu gunakan untuk menembak bandit, beberapa anak panah dan juga sepasang belati. Gadis itu hanya menemukan satu kasur yang menandakan jika bocah itu tinggal sendiri, di samping kasur itu sang bocah berdiri melepas jubahnya di depan sebuah lemari. Gadis itu memperhatikan sang bocah, dia menggunakan kaos hitam lengan panjang yang menutupi lehernya dan celana bewarna hitam. Selain rambutnya yang hitam dan matanya yang berwarna merah, dilihat dari muka dan tangannya, kulit bocah itu putih pucat, dan dia hanya beberapa senti lebih tinggi daripada sang gadis. Dia seumuran denganku, 15 atau 16 tahun, begitu yang dipikirkan sang gadis. Setelah meletakkan jubahnya, bocah itu duduk di depan meja di seberang sang gadis yang telah menghabiskan apel dan mulai meminum susu.

Orion - The Kingdom Of Knights (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang