23. Persiapan Perang

28 19 1
                                    

Setelah dipilih menjadi pemimpin Altria Bersatu, Eidia mendapat kamar terbaik—tentunya selain kamar raja dan keluarganya, yang ada di dalam kastil. Kamar itu dijaga oleh dua Heavy Knight elit yang silih berganti setiap beberapa waktu. Eidia tinggal di dalam kamar itu bersama Felisia. Sebenarnya Raja Claudas tidak mengizinkan ada orang lain yang berada di dalam kamar putri. Tapi Eidia beralasan jika dia tidak bisa melakukan segalanya sendirian, bahkan untuk mengganti pakaiannya, Eidia membutuhkan seorang pelayan. Dan tidak ada pelayan yang lebih dia percaya selain Felisia, yang kemudian disetujui oleh Claudas. Kamar tebaik itu tentu saja memiliki barang-barang mewah didalamnya, seperti kasur, vas, dan lukisan yang bernilai tinggi. Di dalam lemari pakaian, sudah disediakan gaun-gaun mewah dan menawan yang disiapkan khusus untuk Eidia. Tapi Eidia tidak pernah memakainya. Dia lebih suka menggunakan pakaian biasa dan murah, yang dibeli oleh Felisia di kota.

Eidia berdiri di depan cermin besar. Di hari yang besar itu, Eidia memilih pakaian yang dulu ia gunakan saat melarikan diri dari Camelot, yang sudah dibersihkan oleh Felisia. Eidia menambahkan perlindungan untuknya dengan mengenakan zirah besi ringan di bajunya, pelindung besi di kedua lengan dan kakinya. Walaupun Eidia sudah bersiap membantu dengan menggunakan tongkat sihirnya, dia juga menambahkan sebuah pedang ringan yang menggantung di sisi tubuhnya untuk jaga-jaga. Semua persiapan Eidia itu dibantu oleh pelayan setianya, Felisia, yang juga telah membantunya menghapus cat hitam di rambut Eidia yang telah mulai memanjang, dan mengembalikan warna matahari yang sangat terkenal dari diri sang putri.

“Putri, apa kau sudah siap?”

“Ya. Ayo kita keluar.”

Diikuti pelayan setianya, Eidia berjalan menuju gerbang kota, di mana seluruh pasukan Altria Bersatu telah berkumpul. Eidia mencoba terlihat tetap tenang, walaupun sebenarnya dia telah berpikir keras dari semalam.

Aku harus bertemu Orion. Aku harus memberitahunya masalah itu. Atau apakah lebih baik jika kuberitahu saja kepada semuanya saat di depan seluruh pasukan? Tidak. Pasukan kami sudah siap. Jika aku memberitahu mereka, kemungkinan akan terjadi kebingungan dan kekhawatiran yang akan mempengaruhi mereka di medan tempur. Kemungkinan saat ini hanya aku yang menyadarinya. Ya. Aku harus memberitahukannya dulu kepada Orion. Dia pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk semua—

Eidia berhenti. Di depannya berdiri seorang lelaki yang ingin dia temui dari semalam. Sudah beberapa hari dia tidak melihat Orion. Walaupun Orion juga dipilih sebagai pemimpin bersama dengan Eidia, dia tidak mau menerima perlindungan Raja Claudas dan tinggal di dalam kastil seperti Eidia. Menurutnya tinggal di dalam kastil itu bukanlah kebebasan. Orion lebih memilih tinggal di luar kastil hingga hari pertempuran tiba. Dia tidak memberitahu siapapun di mana dia menetap, tapi beberapa orang berpendapat jika Orion tinggal di sebuah penginapan biasa di kota, atau di alam terbuka seperti tempat tinggalnya di padang rumput, dan ada juga yang mengatkan jika Orion tinggal di dalam hutan bersama Atalanta, yang mana Eidia tidak ingin mempercayai yang terakhir itu.

Beberapa hari tidak bertemu, Eidia sedikit terkejut dengan perubahan pada Orion, dan membuatnya lupa dengan hal yang harusnya ia sampaikan ketika sudah bertemu dengannya. Orion mengenakan jubah putih yang mirip dengan pakaian yang digunakan Serigala Putih dalam bertempur, dengan ditambahkan dengan pelindung besi di bagian tubuh atasnya, kedua lengan dan kakinya. Tapi yang sebenarnya membuat Eidia terkejut adalah warna rambut Orion yang telah berganti menjadi putih.

“Sepertinya bukan hanya aku yang sangat ingin mengakhiri semua ini,” ucap Orion tersenyum.

“Lama tidak bertemu, Orion. Jadi kau juga mengembalikan warna rambutmu? Ini adalah pertama kalinya aku melihatmu dengan rambut aslimu.”

“Terlihat aneh, ya?”

“Tidak kok. Malah menurutku kau jadi lebih keren.”

“He, terimakasih. Aku juga sudah lama tidak melihat warna pirangmu yang cantik itu.”

“T-terimakasih.” Eidia terlihat malu sambil memegangi rambutnya. “Jadi di mana kau tinggal sebelumnya? Apa benar kau tinggal di hutan bersama—“ tiba-tiba Eidia berhenti melanjutkan perkataannya. Apa yang kukatakan di saat seperti ini..

“Ada apa, Eidia?”

“Tidak apa-apa, he. Jadi, apa kau sudah siap?”

“Ya. Aku akan mengerahkan semua kekuatanku. Jadi..” Orion mendekati Eidia dan mengulurkan tangannya. “Ayo kita menangkan pertempuran ini dan selamatkan Altria.”

Eidia menyambut tangan Orion. “Ya.”

Gawain berjalan menuju balkon dan melihat jauh ke depan. Morgan berjalan mengikutinya. “Apa pasukan kita sudah siap?” tanya sang Ksatria Perak.

“Ya. Mereka sudah tidak sabar lagi untuk menghabisi Altria Bersatu. Pasukan kita lebih banyak, kita punya ksatria yang lebih kuat, sang Jendral tak terkalahkan, dan juga Monster. Jika itu belum cukup, kita masih punya kau untuk menghancurkan mereka dengan kekuatan itu.”

“Kalau begitu kita tidak memiliki alasan untuk kalah. Persiapkan kudaku.”

“Buat apa? Jangan bilang kau ingin ikut ke medan tempur? Haha tidak perlu. Tidakkah kau mendengarku? Kita punya pasukan yang lebih hebat! Kau tidak perlu maju ke medan tempur, pasukan kita pasti bisa menghancurkan mereka.”

“Apa begitu sikap pemimpin di Magi? Morgan, sepertinya kalu lupa sedang berada di mana. Di Altria, sekalipun mengetahui akan menang atau kalah, seorang jendral tidak akan pernah meninggalkan medan pertempuran. Jendral yang tidak siap mengorbankan nyawanya bersama pasukannya tidak layak menjadi pemimpin di sini.”

“Iya iya, aku mengerti kok tuan ksatria. Aku akan segera membawakan kudamu.” Cih! Berani-beraninya dia menyuruhku mengantarkan kudanya. Lihat saja, cepat atau lambat. Kau akan menjadi budakku.”

Di atas gerbang utama Caerleon, Eidia berdiri di hadapan seluruh pasukan Altria Bersatu.

“Tidak ada yang pernah menyangka, bahkan diriku sendiri kalau aku akan berdiri di depan para pejuang hebat, dan dipercaya untuk menjadi pemimpinnya. Beberapa bulan yang lalu, aku masih seorang putri yang tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan para pelayan. Aku melarikan diri saat tahu Paladin Gawain merencanakan sesuatu yang jahat. Aku tidak tahu harus melakukan apa, aku tersesat dan sendirian, hingga kemudian aku diselamatkan oleh pemuda yang tinggal sendiri di padang rumput. Selama beberapa waktu tinggal di luar istana, aku mulai memahami bagaimana kehidupan penduduk yang tinggal jauh dari kerajaan, dan aku tidak ingin kehidupan mereka hancur hanya karena keinginan egois dari sang Paladin. Aku kemudian bertemu dengan teman-teman baru yang membantuku untuk menggagalkan rencananya. Banyak rintangan yang kami lalui hingga akhirnya aku bisa berdiri di depan kalian. Tanpa mereka, aku tidak akan mungkin sampai di sini, mereka memberiku kekuatan, dan bersama mereka aku mendapat keberanian.

Teman-temanku, Ksatria langit Lyonesse, Ksatria Berat Caerleon, para ksatria dan para pemburu dari berbagai kota dan desa, dan juga suku Saxon. Mungkin masing-masing dari kalian pernah berselisih dengan kelompok lainnya, atau mungkin kalian masih benci dan dendam dengan kelompok itu. Masing-masing kelompok memang berbeda, tapi semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu keinginan untuk melindungi negri ini dari kehancuran. Lalu di sini kita berkumpul, bersatu melawan Paladin Gawain yang ingin membawa negri kita pada kehancuran. Semuanya, para pemberani yang bersatu dalam pasukan Altria Bersatu ini, aku ingin minta pada kalian. Bukan sebagai putri dari sebuah kerajaan ksatria, melainkan sebagai seorang gadis yang tidak ingin negrinya mengalamai kekacauan. Aku mohon agar kalian mau bersatu, melupakan semua kebencian dan dendam kalian untuk menghentikan Paladin, dan menyelamatkan negri ini.”

Pidato Eidia berakhir dengan teriakan semangat dari seluruh pasukan Altria Bersatu. Dan bersamaan dengan itu, maka perang dimulai.

Orion - The Kingdom Of Knights (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang