13. Lindungi Palm

24 17 2
                                    

Sebuah padang rumput yang luas dengan langit yang bewarna hitam. Dia tidak bisa melihat sekelilingnya karena penglihatannya hanya tertuju kepada sesosok lelaki di depannya. Seorang lelaki muda yang sedang disinari oleh bulan penuh yang sangat terang, dan juga besar. Laki-laki itu memiliki rambut bewarna putih. Bagian dahi dan mata lelaki itu di tutupi warna hitam, tapi gadis itu bisa melihat darah segar yang ada di bawah mulutnya. Gadis itu meronta, dia memanggil laki-laki itu, tapi suaranya hilang. Dia ingin berlari ke arahnya, tapi dia tidak bisa menggerakkan kakinya, bahkan dia tidak tahu apa dia masih memiliki kaki. Cahaya putih muncul di langit—gadis itu mencoba meraih lelaki itu dengan tangannya—cahaya itu semakin besar dan hampir menutupi semua penglihatan sang gadis—gadis itu bisa melihat lelaki itu menoleh kepadanya, tersenyum lalu mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dia dengar—dan semua penglihatan gadis itu menjadi putih.

Eidia membuka matanya, lalu kembali menutupnya dengan tangannya. Dia tahu siapa lelaki dalam mimpinya itu, tapi Eidia menolak untuk percaya. Eidia berdiri, memilih jalan-jalan di sekitar vila untuk menenangkannya dari mimpi buruk yang baru ia alami.

Di belakang vila, Eidia melihat Orion dan Atalanta sedang berlatih tanding dengan menggunakan pisau. Ayunan pisau dan pergerakan mereka cepat. Eidia yakin jika mereka telah sama-sama melalui banyak latihan hingga bisa bergerak secepat itu. Pertarungan mereka berlangsung sengit hingga akhirnya pisau Orion berada di leher Atalanta, mengakhiri latihan mereka.

“Eidia,” panggil Orion dan gadis yang dipanggilnya itupun mendekatinya.

“Maaf jika aku mengganggu waktu kalian. Aku sedang jalan-jalan ketika melihat kalian latihan.”

“Tidak apa-apa, kami juga baru selesai.” Orion menoleh ke langit. “Bulan sedang sangat terang sekarang, sepertinya kau tidak ingin melewatkan ini ya.”

Eidia ikut menoleh ke langit. Dia baru sadar dengan bulan malam itu. Bulan bersinar lebih terang dibanding biasanya, dan juga terlihat lebih besar, tanpa sedikitpun awan yang menutupi bagiannya. Melihat Orion yang sedang terpana dengan keindahan bulan waktu itu, membuat Eidia mengingat kembali mimpinya. Bagi Eidia bulan itu tidaklah terlihat indah. Bulan itu mirip dengan yang di mimpinya, sebuah pertanda buruk.  Aku harus memberitahu Orion soal itu, pikir Eidia. Karena sebagian dari mimpi Eidia adalah sebuah pertanda.

“Orion, ada yang harus kuberitahukan—“

“Ah, disini kalian rupanya.” Elysia datang dari balik kegelapan. “Wanita sialan itu sudah sadar.”

“Baguslah, ayo kita kesana. Mungkin kita bisa mendapat beberapa petunjuk dari ucapannya untuk rencana kita selanjutnya.” Orion menoleh kepada Eidia, “Apa tadi kau ingin bilang sesuatu?”

“Tidak, bukan apa-apa.” Eidia pikir itu bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahukan tentang mimpinya, dia berencana mengatakannya setelah mendapatkan informasi dari Brany.

Di dalam vila, Gaius, Long, Tristan, Fiora, dan beberapa ksatria terbang yang belum tidur berdiri mengelilingi Brany. Ikatan Brany telah dilepaskan, dan beberapa makanan yang dibuat khusus untuknya telah disiapkan dihadapannya.

“Apa yang telah kalian dapat?” tanya Orion yang baru sampai, diikuti oleh ketiga gadis muda.

“Sampai saat ini tidak ada informasi penting yang keluar dari mulutnya,” jawab Long.

“Dia seorang Lord Knight, ini tidak akan mudah,” ucap Orion.

“Aku tidak ingin melakukan kekerasan kepada seorang wanita,” ucap Gaius. “Jadi sepertinya hanya ada satu cara untuk memaksanya membocorkan informasi. Aku akan menggunakan Hipnotis.”

“Apa itu?”

“Sebuah sihir sugesti,” ucap Long. “Sihir yang memaksa korbannya untuk mengikuti semua ucapan pengguna sihir. Sihir ini sebenarnya dilarang di Magi, dan hanya orang-orang tertentu yang diizinkan oleh Raja Penyihir yang boleh menggunakannya.”

Orion - The Kingdom Of Knights (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang