Bab 1

5.7K 186 0
                                    

RETAK

#Cerbung

💕💕💕💕💕

"Ayo salim, Shafa! Dia juga ibumu sekarang," ucap Bayu seraya menunjuk pada wanita yang baru saja bergabung.

Shafa, gadis berusia delapan belas tahun itu seketika mengepalkan tangan mendengar ucapan Ayahnya. Dadanya bergemuruh, tidak terima dengan apa yang ada di depannya saat ini. Wanita itu, entah siapa, beraninya menggandeng mesra lengan sang ayah.

Jadi ini alasan ayahnya membatalkan rencana awal, di mana sang ibu yang ingin ikut tidak jadi ikut. Rupanya lelaki yang ia sebut ayah itu telah kembali mendua dan lebih memilih wanita baru dalam hidupnya itu untuk menemani perjalanan mereka.

"Shafa!" tegur Bayu karena Shafa tidak juga mengindahkan ucapannya.

Dengan menghela napas kasar, Shafa melakukan perintah Ayahnya, menyalami wanita itu. Rasanya, ingin sekali ia meremas kuat telapak tangan wanita yang akan menjadi benalu dalam keluarganya itu hingga remuk.

"Anak manis," ucap wanita itu dan hampir saja membuat Shafa muntah.

Kalau tidak sadar saat ini sedang berada di tempat umum, rasanya Shafa  ingin menarik kasar rambut wanita itu, lalu mempermalukannya. Namun sayang, ia masih belum punya keberanian untuk itu, sebab tidak ingin membuat kekacauan yang akan mengundang perhatian banyak orang.

"Ayo, nanti kita ketinggalan pesawat," ujar Bayu tanpa melepaskan genggaman pada tangan wanita itu, membuat darah Shafa serasa mendidih.

Gadis itu membatu di tempatnya. Pandangannya terus tertuju pada tangan yang saling tertaut itu. Ayahnya bahkan meninggalkan dirinya dan memilih menggandeng wanita itu.

Shafa ingin menangis, mendapati kenyataan yang ada di depannya. Perkataan orang-orang bahwa Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya sepertinya keliru, sebab bagi Shafa sosok ayah adalah lelaki yang pertama kali mematahkan hatinya sampai berkali-kali.

Lihatlah, dengan tanpa memikirkan perasaan ibunya Shafa yang sudah sering ia hancurkan karena penghianatan, lelaki itu masih bisa bersikap santai menggandeng wanita yang katanya akan menjadi ibu Shafa juga.

Shafa berdecih. Tidak sudi mengakui wanita itu sebagai ibu. Baginya, ibunya hanya satu, yaitu wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. Tidak akan ada ibu lain dalam hidupnya.

"Shafa? Ada apa?" Bayu berhenti dan berbalik saat menyadari putrinya tidak mengikuti langkahnya.

"Ada apa? Ayah masih bertanya ada apa?" gumam Shafa lirih seraya tertawa tanpa suara. Tawa yang menyiratkan luka dan kecewa. Hatinya bagai teriris melihat ayahnya belum menyadari kesalahannya.

"Shafa!" Bayu mulai meninggikan suaranya akibat perasaan kesal mulai menggulung dalam dirinya. "Kenapa masih tetap berdiri di situ? Ayo, nanti ketinggalan pesawat," katanya lagi.

Shafa menghela napasnya yang mendadak terasa sesak. Tidak ingin membuat sang ayah marah, gadis yang baru saja lulus sekolah menengah atas itu berlari kecil menuju ke arah Bayu. "Maaf, Yah. Shafa tiba-tiba saja pusing," balasnya sekenanya, saat sudah menyamai langkah Bayu.

"Loh, Shafa pusing?" sambar wanita yang kehadirannya sama sekali tidak Shafa harapkan sok perhatian.

Shafa tidak menggubris ucapan wanita itu dan memilih meneruskan langkah.

"Shafa!" Bayu yang merasa sikap Shafa keterlaluan, menegur. Lelaki itu tidak terima dengan sikap putrinya yang menurutnya sangat tidak sopan. Ia takut, Indira-- istri barunya itu merasa tidak enak hati karena sikap Shafa.

Namun, Shafa tidak peduli itu. Bukankah ayahnya juga tidak memedulikan perasaannya. Lantas, untuk apa ia bersikap peduli karena hanya akan menyakiti diri sendiri. Ia terus melangkah santai, meninggalkan kedua manusia tidak punya hati itu.

RETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang