Assalamualaikum, Dear.
Happy baca dan enjoy. Seperti biasa vote dan komen ditinggalkan, ya. Lope kalian banyak-banyak ❤️❤️💔💔💔
Keesokan harinya, Aldi terlihat sangat semangat. Setelah menemukan Shafa, ia merasa seperti mendapat energi baru lagi. Pria itu pun menghampiri sang bude yang tengah berada di dapur.
"Bude, Shafa kira-kira sibuk gak ya, jam segini?" tanya Aldi pada Bude Ina yang tengah sibuk memasak.
Bude Ina menelisik penampilan Aldi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, kemudian kerutan tampak di keningnya. "Kok sudah rapi? Mau ke mana memangnya?" ujarnya setengah curiga.
"Apaan, sih, Bude. Aku 'kan memang seperti ini setiap hari," kilah Aldi kemudian menarik kursi dan mengambil kue yang kemarin disuguhkan Bude Ina tetapi belum sempat ia nikmati.
Pria itu terlihat asyik menikmati kue di depannya. Sesekali memperhatikan sang bude yang terlihat sibuk dengan kegiatannya, memasak. Selalu begitu. Jika ia sedang berkunjung, budenya itu selalu tidak pernah capek memanjakan lidahnya dengan masakan-masakan terenak dari olahan tangannya.
Bude Ina akhirnya menyudahi acara memasaknya, kemudian membuatkan kopi untuk Aldi. "Bukannya pagi ini kita harus ke makam mama kamu? Terus, memangnya kamu gak mau ke rumah papa kamu juga? Sudah lama loh, kamu gak berkunjung ke sana?" tanyanya sembari mengaduk kopi yang tengah ia seduh.
Setelah merasa cukup pas, ia menyerahkan secangkir kopi tersebut pada Aldi lalu menarik kursi di sampingnya.
Aldi menghela napas berat. Mengingat Papa, selalu membuat suasana hatinya tidak baik. Meski tidak membenci pria yang ia panggil papa tersebut, tapi ia merasa tidak nyaman jika menemui pria itu. Seperti ada jarak di antara mereka. Terlebih lagi mama tirinya kurang menyukainya. Ia semakin tidak punya alasan untuk kembali ke rumah sang papa. Sebab saat ia datang pun, bukannya kehangatan yang ia dapat melainkan kekecewaan karena Papa akan lebih membela istrinya.
"Kenapa? Masih belum bisa menerima sikap Papa dan Mama Risa?" tebak Bude Ina saat menangkap raut risau di wajah Aldi.
"Entahlah, Bude." Aldi menunduk dan mengaduk-aduk kopinya. "Aku hanya tidak ingin menjadi masalah di antara hubungan Papa dan Mama Risa. Kasian Papa jadi selalu bahan amukan wanita itu," ungkap Aldi dengan senyuman miris, kemudian menghela napas pelan dan sedikit berat.
Ia sebenarnya sudah ingin memperbaiki hubungannya dengan sang papa yang seperti berjarak. Merekatkan kembali hubungan mereka selayaknya dahulu sebelum sang mama pergi. Tetapi, pasti Mama Risa akan selalu berusaha menciptakan masalah yang akhirnya membuat ia dan sang papa lagi-lagi harus mengalah. Wanita itu seperti tidak rela jika Papa dekat dengannya. Ia seperti takut perhatian Papa terbagi. Wanita itu hanya ingin anak semata wayangnya saja yang berhak disayangi oleh Papa.
"Nak, kenapa masih berpikiran seperti itu? Siapa tau saja Mama Risa telah berubah." Bude Ina mencoba membujuk Aldi. "Kan sudah cukup lama loh, kamu gak ke sana dan mungkin saja ketidakhadiranmu selama ini membuka hati Papa atau pun Mama Risa," lanjutnya membesarkan hati pria itu.
"Sudahlah, Bude. Jangan bahas Papa dan istrinya. Kalau teringat mereka, rasanya aku malas banget kembali ke desa ini," balas Aldi sembari mulai menyeruput kopinya.
Bude Ina mengangguk pelan. Ia paham betul jika Aldi hanya ingin sang papa tidak kembali bertengkar dengan istrinya. Meskipun sekarang Aldi telah mandiri, tapi wanita itu masih selalu saja menunjukkan sikap tidak sukanya. Entah apa yang wanita itu takutkan. Bahkan Aldi juga terlihat sangat menyayangi Kania, adiknya dari pernikahan sang papa dan Mama Risa. Tetapi ketulusannya itu belum sedikit pun dapat menyentuh hati ibu sambungnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAK
RandomPerkataan orang-orang bahwa Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya sepertinya keliru, sebab bagi Shafa sosok ayah adalah lelaki yang pertama kali mematahkan hatinya sampai berkali-kali.