Bab 23

756 37 1
                                    

Aku menuntun Kak Aira menuju kamar pengantinnya. Sementara Mas Rayhan masih menemani teman-temannya yang belum pulang, termasuk Aldi. Kak Sarah dan Kak Rara sudah pulang sehabis Magrib tadi. Sementara Kak Alika memilih tinggal. Saat ini ia tengah menerima telepon dari kekasihnya, makanya tidak ikut menemani aku mengantar Kak Aira. Katanya ia akan menyusul setelah selesai nanti.

"Kakak deg-degan gak?" godaku saat sudah berada di kamar. Aku menaik-turunkan alis membuat Kak Aira mendelik tajam ke arahku.

"Tau, ah!" sahutnya sinis lalu membanting tubuhnya ke atas ranjang.

"Ih, kok, sewot." Aku terus memancing.

"Shafaaaa!" Kak Aira kian kesal.

"Oke, oke," ujarku mengalah lalu mendaratkan bobot tubuh pada bibir ranjang. "Ayok, Shafa bantuin ganti baju." Aku mengulurkan tangan tangan ke arah Kak Aira.

"Bentar dulu, Kakak capek banget," rengek Kak Aira.

"Ish! Sekarang." Aku mencubit pelan lengan Kak Aira. "Nanti keburu Mas Rayhan dateng."

"Iya, iya, iya." Kak Aira bangun dengan malas-malasan.

Aku melepaskan aksesoris yang menempel di kepala Kak Aira, kemudian membantunya melepas gaun pengantinnya.

"Ya sudah, Kakak mandi dulu, deh. Gerah."

"Eh, gak nunggu Mas Rayhan dulu?" ucapku menggodanya lagi.

"Shafaaaa!" Kak Aira sudah hendak melayangkan bantal ke arahku. Namun, pintu yang tiba-tiba terbuka mengurungkan niatnya.

"Maaf aku agak lama." Kak Alika masuk dengan menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Loh, sudah selesai?" tanyanya memperhatikan Kak Aira.

"Sudah. Aku mandi dulu, ya." Kak Aira meninggalkan kami.

***

Kak Aira telah selesai membersihkan diri. Aku yang sudah teramat lelah, memutuskan untuk menuju kamarku.

"Kak Alika nginep?" tanyaku pada gadis manis yang tengah sibuk merapikan tumpukan kado.

Kak Aira yang tengah mengolesi wajahnya dengan serum, menoleh.

"Oiya ... ini udah malam banget, loh, Lik. Kamu nginep aja," sarannya.

Kak Alika melihat ke arah jam dinding, kemudian meniup napas berat.

"Iya, Kakak nginep aja, nanti biar tidur di kamarku," timpalku.

Kak Alika terlihat berpikir.

"Ish, kelamaan. Ayok!" Aku menarik tangannya.

"Ih, sebentar. Kakak tanya Aldi dulu. Kalau dia mau pulang, nanti kakak nebeng dia aja."

"Duh, terserah kamu deh, Lik. Aku udah penat banget ini. Tapi kalau saran aku, mending kamu nginep aja deh. Kan tau sendiri jarak ke rumah kamu cukup jauh." Kak Aira merebahkan tubuhnya setelah berkata demikian.

Ah, pasti kakakku itu sudah sangat lelah sekarang.

Kak Alika menghela napas berat. "Ya udah aku nginep aja," kata lemah.

"Nah, gitu, dong." Aku menarik tangan Kak Alika agar keluar dan Kak Aira bisa istirahat tanpa terganggu lagi.

Saat membuka pintu, ternyata sudah ada Mas Rayhan dan Aldi.

"Aira sudah selesai?" tanya Mas Rayhan.

"Sudah," jawab Kak Alika.

"Ya sudah, aku masuk dulu. Thanks ya, Al," katanya pada Aldi yang dijawab acungan jempol oleh pria itu.

RETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang