•hasil pemikiran sendiri
•slow update
•revisi🍀 Happy reading 🍀
Tiga hari telah berlalu, Dika sudah pulang dari rumah sakit sejak tadi malam. Pagi hari ini Dika keluar dari kamarnya dengan menggunakan seragam sekolah.
Dika menatap pintu kamar Rafa yang selalu terkunci, pikirannya melayang karena Rafa belum pulang semenjak ia masuk rumah sakit.
Ia menepis segala pikirannya, meskipun Dika tahu Rafa pasti pergi karena bertengkar dengan papanya dan itu pasti karena dirinya.
Dika tidak bodoh sehingga bisa terus dibohongi keluarganya, mereka pasti khawatir ia akan menyalahkan dirinya jika berbicara jujur.
Setelah puas menatap sendu pada pintu kamar Rafa, Dika melanjutkan langkahnya menuju ruang makan. Disana sudah ada Andre, papa dan bundanya tengah menikmati sarapan.
"Pagi semua." sapa Dika saat sampai dimeja makan.
"Pagi." jawab papa, bunda dan Andre bersamaan.
"Adek mau berangkat sekolah, emang udah sembuh?,"tanya Ardian pasalnya Dika baru semalam keluar dari rumah sakit dan sekarang ia berniat pergi kesekolah.
"Hehehe,, iya pah. Boleh ya lagian Dika bosen dirumah."jawab Dika sambil cengengesan.
"Gak, kamu diem dirumah aja." bukan Ardian melainkan Andre yang menatap tajam adiknya.
"Kak Andre kok gitu, Dika udah gak apa-apa kok udah sembuh." ucap Dika membalas tatapan tajam oleh Andre.
"Serius adek mau berangkat sekolah?" tanya Nafisa lembut yang dijawab anggukan oleh Dika.
"Ya udah bunda izinin, tapi jangan maksain ya. Kalau ada apa-apa kamu telpon ok.?" lanjut Nafisa yang dibalas tatapan tidak setuju oleh Andre.
"Yee, makasih bunda." kata Dika senang lalu menjulurkan lidahnya kearah Andre.
Sebenarnya Dika masih merasakan lemas ditubuhnya, tetapi ia memutuskan pergi sekolah untuk menanyakan keadaan kakaknya pada teman-teman sekelas Rafa. Dan siapa tahu Rafa memang pergi ke sekolah, jadi ia berharap bisa segera bertemu dengan kakak sambungnya itu.
🍀🍀🍀
Di apartemen Senja, Rafa terlihat asik memainkan jari-jarinya diatas laptop miliknya yang ada dirumah Senja.
Sesekali ia meneguk susu coklat dan biskuit kesukaannya, tentu saja Senja tidak akan mengijinkan Rafa memakan cemilan sembarangan.
Sehari setelah ia sadar Rafa pergi kerumah sakit milik Reyhan untuk melakukan CT-scan karena Kai yang terus memaksanya, dan hasil baik-baik saja. Lalu dimana Kai, tentu saja Rafa memintanya pulang karena Kai harus menjalani pengobatan rutinnya.
Senja yang duduk berseberangan sesekali melirik kearah Rafa yang terus menampilkan senyum jahat, ia tahu adiknya pasti sedang membobol data keamanan perusahaan besar untuk mencari informasi penting yang kliennya inginkan.
Menjual informasi yang ia curi dan menyebarkan virus komputer adalah salah satu pekerjaan sampingan adiknya, dan dengan cara itu pula Rafa bisa mengumpulkan banyak uang untuk modal perusahaan Senja yang sempat bangkrut beberapa tahun lalu.
Masih lekat dalam ingatan Senja, bagaimana pertemuannya dengan Rafa dan bagaimana pula adiknya membuat dirinya sukses dan memiliki segalanya.
Flashback...
Disalah satu gedung pencakar langit, seorang pemuda kira-kira berumur sekitar 24 tahun tengah berdiri di tepi atap gedung dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanka Arlatea ✓
FanfictionRafanka Arlatea adalah sosok mandiri yang pandai menyembunyikan perasaannya. Setelah mamanya meninggal, hubungan Rafa dan papa Ardian semakin menjauh. Saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi, Rafa hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa penolaka...