chp 18: Permintaan Rafa

2.7K 201 2
                                    

•hasil pemikiran sendiri
•slow update
•revisi


🍀 Happy reading 🍀

Rafa duduk gemetar dikursi yang berada didepan ruang UGD, ia menghentak-hentakkan kedua kakinya sambil menggigit kuku jari tangan kanannya.

Traumanya kembali muncul, Ingatan saat mamanya meregang nyawa kembali berputar dikepalanya.

Senja mengelus lembut punggung adiknya, ia tahu adiknya masih dalam pengaruh serangan panik yang tiba-tiba muncul saat Rafa menemukan tubuh lemah Kai di gudang mansionnya.

"Adek tenang ya, Kai pasti baik-baik aja?. Abang sudah minta dokter terbaik dirumah sakit ini untuk menanganinya." ucap lembut senja.

"Tapi bang, adek takut. Adek takut kalau sampai Kai...." Rafa memeluk tubuh Senja tangisnya pecah sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Senja membalas pelukan Rafa, ia mencium pucuk rambut adiknya. Ia bisa menghirup aroma Citrus dari surai adik kesayangannya itu, Senja merogoh sesuatu dari saku jasnya. Sebuah jarum suntik yang sudah berdiri cairan didalamnya, ia langsung menyuntikkan cairan tersebut pada leher belakang Rafa. Tubuh Rafa seketika luruh dalam pelukan Senja.

"Maafin abang ya dek?" bisiknya ditelinga Rafa.

"Tolong siapkan ruang VVIP untuk adik saya." kata Senja pada seorang perawat yang berdiri tidak jauh dari ruang UGD.


🍀🍀🍀



"Euughhh.." ia membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.

Ruangan nuansa putih yang sangat luas dengan alat medis yang berada didekat brankarnya.

Anak tersebut mencoba menyingkirkan masker oksigen yang menutupi hampir seluruh wajahnya, tapi ia merasakan tangannya kebas mungkin karena jarum infus ditangan.

Seorang perawat masuk, ia sungguh terkejut saat melihat anak tersebut sudah sadar dan mencoba melepas masker oksigennya.

"Kamu sudah sadar nak, ini mau dilepas?" tanya perawat yang dibalas anggukan lemah oleh anak yang dibrankarnya tertulis nama KAILVARO.

Perawat tersebut membantu Kai melepaskan masker oksigen, ia menatap sendu pada wajah pucat Kai.

"Ha,,us." lirih Kai, perawat tersebut langsung membantu Kai untuk minum dengan menggunakan bantuan sedotan.

"Kamu tunggu disini ya nak, saya panggilkan dokter dulu sekalian kasih tahu abang kamu kalau kamu sudah sadar."

Kai melihat perawat/suster tersebut keluar dari kamar rawat Kai, ia menatap sekeliling ruangan tersebut. Senyuman terhias dibibir pucatnya, mungkin karena ia berpikir bahwa ayahnya lah yang membawanya kerumah sakit.

Namun pikirannya salah, ketika ia melihat Senja masuk kedalam kamar rawatnya diikuti seorang dokter dibelakangnya.

"Syukurlah kamu sudah sadar." Senja terlihat lega.

Rafanka Arlatea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang