•hasil pemikiran sendiri
•slow update
•revisi🍀 Happy reading 🍀
Keluarga Ardian baru saja menyelesaikan acara makan malam bersama mereka, meskipun tanpa kehadiran Rafa.
Nafisa merasa tidak nyaman dengan sikap Ardian yang terlihat tidak merasa khawatir sedikitpun dengan keadaan Rafa yang 3 hari ini tidak pulang kerumah.
Ardian terlihat biasa, ia bahkan tidak membahas tentang Rafa atau mencari dimana keberadaan anaknya itu.
Ardian sebenarnya sangat khawatir kepada putranya namun ia tidak bisa menunjukkan pada Nafisa. Lagipula Ardian sangat mengetahui sifat Rafa, Rafa akan pulang kembali kerumah saat perasaannya membaik dan itu sudah jadi kebiasaan Rafa selama beberapa tahun ini.
Ardian memang sudah mengetahui jika saat ini Rafa berada ditempat Senja dari Galang. Meskipun ia tidak mengetahui secara pasti keadaan anaknya itu.
Ardian, Nafisa dan Dika sedang menonton tv diruang keluarga saat terdengar suara mobil yang seperti berhenti didepan rumah mereka.
Atensi mereka teralih sempurna saat melihat orang yang selama 3 hari ini tidak diketahui keberadaannya berjalan memasuki rumah.
"Kamu dari mana saja nak.?"Nafisa yang masih dalam keadaan terkejut segera menghampiri Rafa hendak memeluknya.
"Dari rumah bang Senja."Rafa mundur beberapa langkah membuat Nafisa mengurungkan niatnya untuk memeluk Rafa.
Ia terlihat kecewa dengan sikap Rafa, rasa khawatirnya ternyata tidak cukup untuk membuat Rafa menerima dirinya sebagai pengganti mamanya.
"Kepala kamu kenapa nak kok diperban?." Nafisa kembali terkejut membuat Ardian segera bangkit kearah Rafa.
"Gak apa-apa kok bunda, Rafa kekamar dulu. Rafa capek pengen istirahat." ucap Rafa meninggalkan Nafisa.
Rafa berpapasan dengan Ardian yang menatapnya khawatir, Rafa hanya tersenyum kecut padanya. Lalu melewati Ardian tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Maafin papa nak, papa sudah salah sangka sama kamu. Papa sangat menyesal." lirih Ardian.
Rafa menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Ardian, melihat papanya yang tertunduk. Rafa hanya menatap datar lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Papa pengen kamu seperti dulu nak, dekat dengan papa, kamu cerita apapun masalah kamu sama papa, papa sangat berharap kamu bisa maafin semua kesalahan papa nak." ucap Ardian saat Rafa berjalan menaiki tangga rumahnya.
"Maaf pah, karena Rafa yang dulu sudah lama mati." gumam Rafa pelan hingga tak ada seorang pun yang bisa mendengarnya.
Dika hanya bisa menatap sedih pada punggung Rafa, ia tak ingin merusak suasana hati Rafa dengan menghampirinya. Ia pikir mungkin akan menyapa Rafa besok.
Hingga tubuh Rafa menghilangkan dibalik pintu kamarnya, menyisakan Ardian dan Nafisa yang masih terdiam mematung.
😥😥😥
Esok hari pun tiba, Rafa keluar dari kamarnya dengan seragam lengkap, perban dikepalanya juga sudah ia lepas karena tidak ingin mengundang banyak pertanyaan dari teman-temannya di sekolah nanti.
Rafa duduk di kursinya saat dimeja makan, disana semua keluarganya telah berkumpul menikmati sarapan mereka.
"Rafa mau sarapan apa, biar bunda ambilin.?" tanya Nafisa.
"Roti aja bun, pake selai coklat." ucap Rafa sambil memainkan ponselnya.
Nafisa dengan telaten mengoleskan selai coklat pada dua buah roti tawar lalu menangkupkannya menjadi satu, Nafisa juga meletakkan segelas susu hangat disamping piring Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanka Arlatea ✓
FanfictionRafanka Arlatea adalah sosok mandiri yang pandai menyembunyikan perasaannya. Setelah mamanya meninggal, hubungan Rafa dan papa Ardian semakin menjauh. Saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi, Rafa hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa penolaka...