Hasil pemikiran sendiri✓
Slow update ✓
Revisi 🤔🍀 Happy reading 🍀
Tubuh Rafa menghilang dari balik pintu setelah menghempaskan cekalan tangan adik sambungnya.
Galang hanya bisa menghela nafas lalu menatap sengit pada Ardian yang berdiri dihadapannya. Nafisa dan kedua anaknya juga sudah berdiri menghampiri mereka berdua.
"Apa maksudnya Rafa sedang berduka nak Galang?" tanya Nafisa yang masih bingung.
"Kai meninggal dunia,Tante. Kemarin Kai masuk rumah sakit dan tadi pagi dia dinyatakan meninggal." Galang bicara perlahan, raut kesedihan kembali terlihat jelas diwajahnya.
Sedangkan Ardian, Nafisa dan kedua anaknya terkejut mendengar ucapan Galang, mereka juga turun sedih.
"Kondisi Rafa juga sedang tidak baik om, adek sedang terpukul saat ini. Bagi adek, Kai itu segalanya." Galang terlihat menarik nafas dalam.
"Galang tahu, selama ini om mengharapkan maaf dari adek untuk semua kesalahan om dimasa lalu. Tapi Galang harap om tidak terlalu memaksa. Om harus ingat, betapa dalam luka yang om buat dihati adek. Dan minuman sangat sulit untuk di obati lagi." Galang terlihat menunduk menyembunyikan air matanya yang sudah menetes.
"Nak Galang." lirih Nafisa sambil memegang pundak pemuda dihadapannya.
Galang mengangkat wajahnya, menghapus air mata yang seenaknya lolos. Ia menatap Ardian yang hanya diam mematung, perasaan muak bercampur kecewa merasuk dalam hatinya.
"Mulai saat ini mungkin akan menjadi hari yang sulit untuk adek, kalau om memang merasa Rafa itu berharga untuk om maka jaga adek dengan baik. Jika tidak, mungkin om akan merasakan penyesalan yang lebih dalam saat adek pergi dari hidup om." lanjut Galang.
"Apa maksud ucapan kamu Galang, kamu mengancam om?" Ardian berucap setelah diam sedari tadi.
"Rafa sakit om, dan saat ini pemicu penyakitnya kembali muncul." Galang tertawa lirih, membuat mereka menatap bingung.
"Rafa sakit apa kak?" ucap Dika pelan.
"Memang apa yang akan kalian lakukan setelah tahu penyakit Rafa?" tanya Galang dengan nada bicara menyindir.
"Adek gw nanya serius sama lo Galang.?" kata Andre emosi.
"Lalu setelah tahu kalian mau apa hah, apa yang bisa kalian lakuin buat adek gw. Semua ini salah om, Rafa jadi seperti ini karena perlakuan om yang tidak pernah menganggap adek dan Tante Mina sebagai keluarga om." emosi Galang meledak, ia bahkan berani mengarahkan jari telunjuknya pada Ardian.
"Adek gw jadi sakit mental dan semua ini karena kesalahan om." lanjut Galang.
Seketika Ardian merasa seperti disambar petir, ia tidak percaya dengan ucapan Galang.
"Jangan bercanda Galang?" Ardian menggeleng pelan kepalanya seakan tidak percaya.
"Buat apa Galang bercanda om, semua yang ditampilkan adek selama ini hanya topeng. Topeng untuk menyembunyikan semua perasaannya, semua rasa sakitnya."
Nafisa sudah menumpahkan air matanya, Dika juga menangis dalam pelukan Andre. Sementara Ardian terlihat menahan perasaannya, ia merasa sudah gagal menjadi seorang ayah untuk Rafa, anak satu-satunya dari istri yang memang tidak pernah ia cintai dulu.
"Sejak kapan Rafa sakit?" tanya Ardian.
"Sudah lama, mungkin sebelum tante Mia meninggal." jawab Galang.
Galang terlihat mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya, ia mengambil tangan Nafisa lalu menyerahkannya pada ibu sambung adiknya.
Nafisa terlihat bingung melihat sebuah kunci ditelapak tangannya, ia menatap Galang penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanka Arlatea ✓
FanfictionRafanka Arlatea adalah sosok mandiri yang pandai menyembunyikan perasaannya. Setelah mamanya meninggal, hubungan Rafa dan papa Ardian semakin menjauh. Saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi, Rafa hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa penolaka...