•hasil pemikiran sendiri
•slow update
•revisi🍀 Happy reading 🍀
Kai duduk sendiri di taman belakang rumahnya, ia menatap sendu kearah bunga-bunga yang selama ini ia rawat untuk mengisi waktunya.
Kai merasa semakin mirip dengan bunga-bunga yang sudah mulai layu dan pohonnya juga hampir mati, miris memang karena setelah melewati seluruh proses berkembang mereka akan mati pikir Kai saat ini.
Kai menatap ponselnya, tidak ada pesan masuk dari seseorang yang sangat ia tunggu. Ia merasa diabaikan oleh Rafa, adik sekaligus seseorang yang sangat berarti baginya.
Tadi pagi ia bermaksud menjemput Rafa untuk mengantarkannya kesekolah, tapi Rafa tidak memintanya untuk menjemputnya. Jadi ia sengaja menunggu dari kejauhan rumah Rafa, sambil mengirimkan pesan pada adiknya.
Tidak ada balasan, bahkan Rafa menolak panggilannya. Saat ia melihat Rafa keluar dari rumahnya pagi ini, Kai yang bermaksud menghampiri Rafa mengurungkan niatnya saat melihat adiknya itu tersenyum riang bersama papa dan adik tirinya itu.
Kai meminta pak Robi untuk mengikuti mobil Ardian, selama diperjalanan Kai kembali mencoba menghubungi Rafa namun tetap saja panggilannya ditolak.
Hingga mereka sampai disekolah tempat Rafa menimba ilmu, Kai juga hanya bisa menatap sendu punggung rapuh milik adiknya itu. Dimata Kai, Rafa itu rapuh meskipun ia sangat pandai menutupi rasa sakit dihatinya.
"Maafin Kai ya dek, Kai tahu kamu pasti kecewa. Tapi Kai janji Kai gak akan ninggalin kamu dek." lirih Kai saat itu.
Lalu ia meminta pak Robi mengantarnya pulang setelah melihat Rafa memasuki gedung sekolahnya.
Hingga sore hari tiba, Kai masih belum mendapatkan balasan untuk semua pesan yang ia kirim pada Rafa. Ia menghela nafasnya, sungguh dadanya terasa sesak saat ini.
Kai menatap kearah langit, ia kembali teringat saat ia pertama kali bertemu dengan adiknya itu.
Flashback...(3 tahun yang lalu).
Kai memegang sekujur tubuhnya yang terasa sakit dan ngilu, tubuhnya dipenuhi lebam membiru dengan sebagian mengeluarkan darah.
Kai berjalan menyusuri lorong kota didekat sekolahnya, ia harus segera pergi atau Ryan dan teman-temannya akan kembali menangkapnya dan kembali menghajarnya.
Ya, Kai sedang melarikan diri dari Ryan yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Ryan memang sangat membencinya, bahkan seluruh anggota keluarga Kai juga membenci keberadaannya. Ia hanya dianggap sebagai aib, pembawa sial dan pembawa bencana bagi keluarga.
Entahlah, Kai sendiri tidak mengerti kenapa ia dianggap seperti itu oleh keluarganya. Orang tuanya hanya menyayangi Ryan dan kedua kakaknya.
Tidak jarang ia mendapat siksaan dari ayah dan ibunya, padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan-kesalahan apapun.
Kai tiba diujung lorong, ia masih bisa mendengar suara Ryan dan teman-temannya. Namun saat ia hampir kehilangan kesadarannya, seseorang menahan tubuhnya sebelumnya ia terjatuh.
"Hei, kamu kenapa?
Abang, sini cepetan bantuan Rafa, ada yang pingsan nih." teriak anak tersebut yang masih bisa didengar oleh Kai sebelum kegelapan mengambil kesadaran
'eugh' Kai membuka perlahan matanya karena menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retina nya.
"Kamu udah sadar, syukurlah lah. Ada yang sakit, atau kamu butuh sesuatu?" tanya anak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanka Arlatea ✓
FanfictionRafanka Arlatea adalah sosok mandiri yang pandai menyembunyikan perasaannya. Setelah mamanya meninggal, hubungan Rafa dan papa Ardian semakin menjauh. Saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi, Rafa hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa penolaka...