chp 21: Pergi

3.3K 211 0
                                    

•hasil pemikiran sendiri
•slow update
•revisi

🍀 Happy reading 🍀

Euughhh...

Terdengar suara lenguhan seorang remaja, ia mencoba membuka matanya perlahan. Samar-samar ia dapat melihat nuansa putih mengelilinginya, dengan bau khas dari rumah sakit yang begitu menyengat di indra penciumannya.

Rafa mencoba mendudukkan tubuhnya sendiri, mendapati tidak ada seorangpun yang menemaninya diruangan tersebut. Tiba-tiba saja kepalanya berdenyut sakit, ia juga ingat alasannya berada di tempat ini.

Rafa menyingkap selimutnya, ia mencoba berdiri dari brangkarnya. Setelah menarik paksa jarum infus ditangannya, tubuhnya roboh saat mulai melangkah. Ia merasa lemas dikakinya dan jangan lupakan, rasa sakit dikepalanya.

Cairan bening keluar dari matanya, Rafa mulai terisak saat kembali teringat pada kondisi kakaknya. Ia meremas dadanya yang terasa sesak karena tangisnya, lama kelamaan isakkannya mengeras menjadi tangis histeris.

"Kakak jangan tinggalin adek, kak Kai gak boleh mati." Rafa menggeleng ribut kepalanya sambil berteriak memanggil Kai.

Rafa ketakutan dengan pikirannya sendiri, ia menjambak kuat rambutnya hingga terlepas dari kepalanya.

Tidak lama kemudian, seorang perawat wanita masuk. Ia terkejut melihat keadaan pasiennya, suster lalu mengingat perintah dari wali pasien tersebut untuk membuatnya kembali tertidur jika ia mulai histeris.

"Kak Kai mana, dia baik-baik aja kan?" tanya Rafa pada suster tersebut yang masih menatap diam.

"Kakak gw mana, gw mau ketemu dia.?" Suster tersebut terkejut mana kala Rafa berteriak padanya.

"Di,,dia baik-baik saja kok." ucap ragu suster tersebut, yang sebenarnya juga tidak tahu.

"Bohong, Lo bohong kan. Kak Kai gak baik-baik aja. Lo bohong, mana kakak gw nama Kai brengsek." bentakkan kembali keluar dari mulut Rafa.

Suster tersebut menghampiri Rafa yang terlihat duduk sambil meremas rambutnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menekan dadanya.

Sebuah jarum menusuk kulit pundak pemuda tersebut, pandangan Rafa mulai memudar akibat obat bius yang disuntikkan suster tersebut.

"Gw mau ketemu,, kak,, Kai." lirih Rafa sebelum ia kehilangan kesadarannya.

😵😵😵

Senja berdiri diruang ICU, karena masih ada keluarga Kai yang didalam. Hanya satu atau paling banyak dua orang yang diperbolehkan untuk melihat keadaan pasien, ia juga sudah meminta bantuan dokter Reyhan untuk masalah adiknya Rafa.

Senja mengambil ponsel disaku jasnya, lalu memili nama pada kontak diponselnya. Setelah menunggu beberapa saat, panggilannya tersambung.

"Kai collapse, kondisi adek juga tidak baik." Senja to the point pada lawan bicaranya.

"Iya ,gw kesana sekarang." ucap lawan bicara Senja yang ternyata adalah Galang.

Senja mematikan panggilannya bersama dengan Alwan yang keluar dari kamar rawat Kai.

"Sejak kapan Varo sakit, dan kenapa bisa sampai separah ini.?" tanya Alwan dengan wajah kusut.

"Saat adikku menemukannya pingsan di gudang mansionmu dan membawanya kerumah sakit, dokter mendiagnosa penyakit kanker ditubuhnya. Kalau kapan ia mulai sakit, saya juga tidak tahu. Bukankah seharusnya kalian yang lebih tahu keadaan anak kalian karena kalian adalah keluarganya?" penjelasan Senja cukup menohok bagi Alwan.

Rafanka Arlatea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang