chp 23: Rooftop

3.1K 200 2
                                    

Hasil pemikiran sendiri ✓
Slow update ✓
Revisi 🤔

🍀 Happy reading 🍀


Rafa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya, ia merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya.

Rafa menyingkirkan sebuah tangan yang menimpa dadanya, ia melihat papanya tertidur disampingnya sambil memeluk tubuhnya.

Jam memang baru menunjukkan pukul 4 pagi, suara hewan malam juga masih dapat didengar dengan jelas. Ia merasakan sakit di kepalanya, tubuhnya juga terasa tidak nyaman.

Ia bangun dari kasur setelah menyingkirkan tangan Ardian, lalu berjalan menuju meja belajarnya. Rafa membuka salah satu laci, mengambil sebuah kotak yang berisi dua buah botol obat.

Rafa mengeluarkan beberapa butir obat dari salah satu botol, menelannya tanpa bantuan air.

"Obat apa yang kamu minum nak?." Rafa tersentak saat mendengar suara papanya.

Dengan tergesa-gesa,ia meletakkan kembali obat tersebut kedalam kotak lalu menutup cepat laci meja belajarnya.

"Papa gak perlu tahu." ucap Rafa dingin.

"Papa harus tahu, apa jangan-jangan itu obat penenang. Jadi benar yang Galang katakan, kalau kamu sakit mental ?" Ardian berkata sambil memegang pundak anaknya, berharap Rafa memberikan jawaban.

Rafa yang tadinya menunduk mulai mengangkat wajahnya, ia menatap dingin pada Ardian lalu tersenyum sinis.

"Abang Galang bilang apa aja sama papa?" Rafa tidak menjawab pertanyaan papanya, ia malah balik bertanya pada Ardian.

"Semuanya, Galang bilang Kai sudah meninggal dan kamu jadi terpukul karenanya. Galang juga bilang kalau kamu sakit mental, apa semua itu benar?" Ardian menggeleng, berharap pikiran buruknya salah.

"Semua itu benar pah, semuanya." Rafa kembali tersenyum lirih.

"Maafin papa nak, papa mohon sama kamu. Kasih papa kesempatan sekali lagi?" Ardian memeluk tubuh Rafa, kali ini Rafa tidak berontak. Ia dapat mencium aroma tubuh orang yang berstatus papanya itu.

"Baik, Rafa akan kasih papa satu kesempatan.." ucap Rafa membuat Ardian melepas pelukannya lalu menatap penuh binar pada anaknya.

Rafa sebenarnya merasa ragu, namun apa salahnya memberikan Ardian satu kesempatan lagi begitulah pikir Rafa. Karena tanpa Ardian sadari, selama ini Rafa sudah berkali-kali memberikannya kesempatan. Namun selalu pupus setiap kali Rafa kembali merasakan kekecewaan pada Ardian.

"Kamu serius nak?" Rafa mengangguk, Ardian kembali memeluknya yang dibalas oleh anaknya.

"Terimakasih nak, papa janji tidak akan pernah mengecewakanmu lagi. Papa akan menjadi ayah yang baik, bersama dengan keluarga baru kita, papa pasti akan membuat kamu bahagia." ucap Ardian mengeratkan pelukannya.

"Lepas pah, sesak." lirih Rafa yang merasakan sulit bernafas karena eratnya pelukan papanya.

"Ah,, iya nak maaf. " Ardian melepaskan pelukannya, lalu mencium kening putranya.

Senyum bahagia mengembang diwajah Ardian, sedangkan Rafa terlihat biasa saja. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini, karena hatinya sudah hampa. Ia jadi tidak bisa merasakan sedikitpun rasa bahagia dihatinya.

Setelah itu, Ardian meminta Rafa untuk tidur kembali. Ia mengangguk, lalu kembali berbaring dalam pelukan sang papa. Tidak lama kemudian dengkuran halus terdengar, Rafa kembali tertidur karena rasa lelah yang masih ia rasakan.

Rafanka Arlatea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang