chp 15: Kenyataan pahit

3K 229 5
                                    

•hasil pemikiran sendiri
•slow update
revisi

🍀 Happy reading 🍀

Hari telah berganti, pagi ini Rafa dan rombongan abang-abangnya telah bersiap untuk kembali dari liburan mereka.

Sesampainya di bandara, mereka menunggu pesawat yang akan datang 15 menit lagi. Selama menunggu, mereka asik dengan kegiatan masing-masing.

Senja sedang memotret Yuri yang sudah berganti-ganti pose, Galang asik dengan ponselnya dan Sean yang dari tadi memperhatikan kelakuan kakak perempuannya sambil memakan cemilan.

Rafa hanya diam sambil terus memperhatikan wajah Kai yang sepertinya semakin pucat dari pertama datang di Bali.

"Semuanya, Kai ijin ke toilet dulu sebentar ya?" kata Kai membuat atensi mereka tertuju padanya.

"Jangan lama-lama ya dek, bentar lagi pesawat kita berangkat soalnya." ucap Galang yang diangguki oleh Kai yang kemudian berjalan menuju toilet.

"Gw ikut kak?" Rafa sedikit berteriak lalu berlari mengejar Kai.

Meninggalkan Galang yang menatap punggung Rafa, Senja dan Yuri kembali berkumpul ditempat Galang dan Sean.

"Rafa mau kemana?" tanya Yuri yang masih bisa melihat keberadaan Rafa.

"Ngejar Kai, tadi katanya Kai pengen ke toilet jadi Rafa kayaknya ngikut." jawab Galang yang memasukkan ponselnya kedalam tas kecil miliknya.

(Balik ke Rafa dan Kai)

Rafa berhasil mengejar Kai yang sudah sampai didekat pintu toilet, ia melihat Kai yang sudah meringis sambil memegang hidungnya.

"Kak Kai mimisan lagi?" Rafa panik melihat darah yang mengalir melewati tangan Kai.

"Adek ngapain ngikutin Kai?" ucap Kai terkejut lalu segera masuk kedalam toilet.

Kai membersihkan darah yang ada di hidung dan tangannya di wastafel, sedangkan Rafa segera mengambil tisu yang berada tidak jauh dari wastafel.

Rafa langsung memegang dagu Kai, lalu mengangkatnya agar menghadap keatas. Rafa membersihkan sisa darah di hidung Kai dengan hati-hati. Tinggi badan Rafa memang lebih tinggi dari Kai makanya ia bisa dengan mudah membersihkan hidung kakaknya itu.

"Sejak kapan kak Kai sering mimisan kaya gini?" ucap Rafa yang masih membersihkan darah yang terus keluar dari hidung Kai.

"Akhir-akhir ini dek, mungkin Kai kecapean makanya kaya gini." Kai terlihat meringis, kepala tiba-tiba terasa berdenyut sakit.

"Pasti bukan cuma karena kecapean aja ini mah, kakak rahasiain sesuatu ya sama Rafa. Kak Kai juga belum kasih hasil pemeriksaan rutin bulan ini sama Rafa." ucap Rafa dengan nada khawatir sekaligus kesal.

"Bener kok kak, Kai cuma kecapean.
Awwss.." Kai memegang kepalanya sambil meremas rambutnya, kemudian duduk berjongkok. Kepala sungguh terasa sakit saat ini.

"Obat kak Kai mana?" tanya Rafa panik melihat Kai yang duduk kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Ada,, dalam,,tas." ucap Kai terbata-bata.

Rafa langsung mengambil tas kecil yang dibawa oleh Kai, mengambil botol berisi butiran obat. Rafa menyerahkan beberapa butir obat pengurang rasa sakit dan sebotol air mineral yang sudah Rafa minum setengah isinya pada Kai. Kai menerimanya lalu langsung menelan obat tersebut dengan bantuan air.

Beberapa saat kemudian, Kai merasakan rasa sakit dikepalanya berkurang. Rafa yang tadinya panik mulai merasa tenang karena kakaknya terlihat tidak kesakitan lagi.

Rafanka Arlatea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang