chp 25: Selamat tinggal

7K 355 55
                                    

hasil pemikiran sendiri ✓
Slow update ✓
Revisi 🤔





🍀 Happy reading 🍀

"Kak Rafa sudah bangun bunda?" tanya Dika yang baru sampai dari pasar pagi bersama kakaknya Andre.

"Eh, si adek. Assalamualaikum nya mana, kok langsung serobot masuk aja.?" ucap Nafisa sedikit mengingatkan pada anak bungsunya.

"Maaf bunda, kalau gitu assalamualaikum bunda." kata Dika.

"Si adek main tinggalin kakak aja, bukannya bantuin bawa belanjaan kamu nih." Andre masuk sambil membawa beberapa kantong kresek berisi makanan dan minuman yang sengaja Dika beli saat berada di pasar pagi.

"Hehehe, maaf kak. Adek lupa soalnya pengen cepet ketemu kak Rafa." kata Dika pada Andre.

"Bunda belum jawab pertanyaan adek, kak Rafa udah bangun kan bunda?" lanjut Dhika bertanya pada Nafisa.

"Rafa sudah bangun kok dek, tadi sekitar jam 10an. Tapi dia langsung pamit, katanya mau jalan-jalan deket sini." kata Nafisa sambil menerima kantong kresek yang diberikan oleh Andre.

"Sama siapa bunda." tanya Andre.

"Sendirian ndre, tadi papa sama bunda sudah tawarin buat nemenin tapi Rafa gak mau." jelas Nafisa.

"Yah, padahal adek udah beli banyak makanan dan minuman. Pengen dimakan bareng sama kak Rafa." lirih Dika kecewa.

"Makanan sama minumannya simpan dulu aja, nanti kalau Rafa sudah pulang baru makan bareng." saran Nafisa melihat anak bungsunya yang terlihat sedih.

"Iya deh bunda." kata Dika, lalu berjalan menuju kamarnya karena ingin segera membersihkan badan.

"Rafa gak bilang sama bunda mau pergi kemana terus sama siapa gitu?" tanya Andre setelah memastikan Dika masuk kedalam kamarnya.

"Gak kak, tapi bunda punya perasaan gak enak tentang Rafa." jawab Nafisa sambil menggeleng pelan kepalanya.

"Maksud bunda?" Andre menahan heran pada sang bunda.

"Rafa tiba-tiba minta bunda pelukan dia sebelum berangkat, bunda takut Rafa pergi jauh kak. Perasaan bunda jadi gak tenang mikirin Rafa." jelas Nafisa dengan nada sendu.

Tidak di pungkiri Rafa memang bersikap sedikit aneh beberapa hari ini, seperti ia ingin tiduran di pangkuan Nafisa, meminta ditemani Ardian saat tidur, lalu ia juga menjadi pendengar yang baik saat mendengar celotehan Dika, Rafa juga tidak bersikap dingin lagi pada semuanya.

Nafisa memang merasa senang dengan perubahan Rafa, namun tetap saja terasa janggal baginya. Nalurinya sebagai seorang ibu merasakan ada yang salah dengan anaknya.

"Bunda mending jangan mikir yang aneh-aneh deh, kita anggap saja perubahan sikap Rafa itu sebagai sesuatu yang baik. Ya udah bunda, Andre juga mau kekamar dulu." pamit Andre meninggalkan Nafisa yang masih merasakan kecemasan.


🍀🍀🍀


Rafa berjalan tak tentu arah, ia menatap langkahnya diatas trotoar jalan. Ia menikmati hembusan angin yang menyapu wajahnya yang sudah penuh dengan peluh. Karena cuaca hari ini sangat cerah dan juga sudah hampir tengah hari.

Rafa tiba disebuah taman tak jauh dari lingkungan rumahnya, ia duduk di bangku taman yang sudah sepi di tinggal pengunjung.

Rafa mengambil ponselnya, lalu menekan tombol untuk mengirim pesan pada salah satu abangnya.

Setelah menunggu selama hampir 30 menit, suara motor sport terdengar berhenti tidak jauh dari tempat Rafa duduk.

"Udah nunggu lama ya dek.?" ucap Galang menghampiri adiknya.

Rafanka Arlatea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang