Jinny POV
"Eomma?"
Wanita itu, wanita yang aku benci kini ada dihadapanku, arghhh rasanya jijik sekali saat lidahku mengucapkan kata 'eomma' kepadanya. Kepada wanita yang hanya menginginkan harta dan tak mempunyai rasa iba kepada anaknya.
Kenapa dia harus kesini? Aku tak pernah menyuruhnya kesini namun kenapa dia ada disini? Ataukah Minji yang memberitahunya?
Dia menatapku dengan tatapan dingin dan tajam, namun aku tak gentar sedikitpun. Tatapan itu masih sama dengan yang kali terakhir aku melihatnya. Lantas dia mengalihkan tatapannya ke arah Minji.
"Minji, ajak teman-temanmu keluar, aku ingin berbicara dengan anakku" perintahnya.
Anak? Huh dia gila!
"N-ne" jawab Minji. Lantas dia langsung mematuhinya, mengisyaratkan kepada semua orang di ruangan ini kecuali aku dan ibuku untuk keluar. Dan bodohnya semuanya malah mematuhi perintah wanita tua itu.
Dita melihat ke arahku, ekspresi yang tak dapat dijelaskan. Namun sayang aku tak menghiraukannya. Lantas aku merasakan ada tangan yang menepuk pundakku, aku mencoba memalingkan wajahku ke arah Dita dan dia hanya tersenyum dengan tangan yang menunjukkan 'ok'👌.
Tanpa kata-kata apapun mereka langsung berjalan menuju pintu, meninggalkan aku dan wanita itu sendirian. Aku mengeraskan rahangku karena wanita itu sudah memancing emosiku, padahal dia belum melakukan apapun padaku, hanya karena dia berada disini saja sudah membuatku marah.
Setelah memastikan semuanya benar-benar keluar dari ruangan ini, wanita itu berjalan ke arahku, entah mengapa aku malah mengepalkan tanganku mengingat semua yang pernah ia lakukan padaku. Betapa kejam dan kerasnya dia pada seorang anak balita yang tak tahu menahu tentang apapun.
Sekarang dia berada di sebelah ranjangku, jarak kita sangat dekat, ohh aku benci situasi ini. Dia melipat tangannya, menghentakkan kakinya dan terus menatap ke arahku. Sedangkan aku, ingin sekali aku memukulnya saat ini juga, tapi aku menahannya dengan menatap kosong ke depan agar aku tak tambah terpancing emosi melihat wajahnya.
Aku menggenggam tanganku dengan sangat erat untuk menenangkan pikiranku, saking eratnya aku menggenggam tangan, kuku-kukuku mungkin telah melukai telapak tanganku.
"Beberapa hari lalu aku mendapat kabar dari Minji kalau kau masuk rumah sakit" akhirnya dia mulai membuka mulut.
Sudah kuduga, pasti Minji akar dari kenapa wanita itu kemari.
"Lalu?" Jawabku ketus.
Aku mendengar dia menghela nafas.
"Lalu bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau baik-baik saja?" Dia bertanya lagi. Satu hal yang menyangkut dipikiranku, kenapa dia harus peduli?
"Ne" aku tetap menjawabnya dengan singkat dan dingin.
Lagi-lagi dia hanya menghela nafas, apa dia lelah dengan sikapku? Heh bagus. Setidaknya dia tau bahwa aku juga lelah dengan sikapnya yang selalu seenaknya saja.
"Bisakah kau menceritakan padaku bagaimana kau bisa masuk rumah sakit ini?" Dengan sabar dia terus melontarkan pertanyaan padaku.
Aku yakin pertanyaannya yang barusan hanya sekedar basa-basi. Minji memberitahunya bahwa aku disini, sudah tentu kan Minji juga akan menceritakan bagaimana asal-usul kronologinya.
Beberapa detik aku hanya diam, tak menggubrisnya sama sekali. Namun entah kesurupan setan dari mana dia malah tersenyum, aku yakin dia saat ini sedang bersandiwara.
"Jinny, apakah kau masih marah padaku hm?" Lagi-lagi pertanyaan tak berguna ia lontarkan padaku. Dan sekali lagi aku bersikap acuh padanya.
Lantas dia mengangkat satu tangannya mencoba mengelus kepalaku. Dengan cepat aku segera menepisnya sebelum mengenai rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories With You [DIJIN] -END-
Fiksi PenggemarDita merupakan anak pengusaha kaya yang sedang melanjutkan kuliahnya di Korea sedangkan Jinny adalah seorang gadis yang sangat dingin dan memiliki memori kelam dengan orang tuanya pada masa lalu pertemuan mereka memang kurang baik, tapi apakah cinta...
![Memories With You [DIJIN] -END-](https://img.wattpad.com/cover/294953803-64-k649023.jpg)