Sick and love

290 38 1
                                    

Jinny POV

Tetes demi tetesan air hangat mengalir di tubuhku, membiarkannya menelusuri di tubuhku. Sungguh sangat menyegarkan apalagi mandi di pagi hari yang dingin dengan air panas.

Tapi aku tak ingin berlama lama di kamar mandi, karena istriku pernah memarahiku saat aku mandi terlalu lama. Jadi karena tidak ingin ada konser percuma disini, aku segera mengambil handuk dan mengeringkan tubuhku.

Sesi mandi telah pun selesai dan aku hanya mengenakan pakaian santai, hanya sweeter oversize warna putih dan sebuah celana pendek. Lantas aku ke kamar dan melihat Dita masih lelap tertidur di kasur.

Jarang sekali Dita masih tidur jam segini, mungkinkah dia kelelahan?.

Aku berjalan menuju ranjangnya dan tanpa kusadari secara reflek aku tersenyum melihat wajah Dita yang nampak begitu tenang, dia sangat cantik. Bahkan dia tak perlu make up untuk terlihat sempurna.

Yeopposeo

Aku tak bisa menahan tanganku untuk tak memegang wajah cantiknya. Aku tersenyum saat melihat Dita membuka matanya tepat setelah aku memegang dan membelai pipi lembutnya yang agak berisi.

Namun, senyumanku segera pudar, aku agak kaget saat merasakan bahwa tubuh Dita panas, dia demam.

Aku memegang dahinya untuk memastikannya lagi, dan itu benar, dia demam. Hanya satu yang terlintas dalam pikiranku, Apakah mungkin karena kemarin?.

Kemarin aku melihat Dita begitu ketakutan, bahkan semalam saat dia tidur dia terus mengigau tak jelas.

Jika iya perlukah aku pergi menemui hantu itu lalu membunuhnya? Eh tapi hantu kan memang sudah mati.

"Sayang, tubuhmu demam" ucapku khawatir.

"Aku rasa aku perlu pergi ke apotek untuk membelikanmu obat. Oh iya, kau perlu makan dulu sebelum meminum obat, kau ingin makan apa? Aku ingin sekali memasakkannya untukmu, tapi aku tak bisa memasak. Tapi jangan khawatir, aku akan membelikanmu-" lanjutku.

"Jinny.." ucapanku terlanjur dipotong oleh panggilan Dita yang terdengar serak dan parau. Aku lantas menatap wajah pucatnya dengan alis terangkat dan ekspresi wajah yang menanyakan apa kenapa siapa dimana kapan bagaimana.

Jawabannya hanyalah gelengan kepala yang malah membuatku makin khawatir.

"Aku tak ingin kau repot repot mengurusku, aku tidak apa apa. Besok juga sembuh" ujarnya dan itu membuatku cukup marah.

"Tidak apa apa bagaimana? Sudah jelas tubuhmu panas. Dan kau juga tidak perlu mengkhawatirkanku, karena rasa khawatirku padamu lebih besar daripada rasa khawatirmu padaku. Aku rela repot repot begini mengurusmu karena jelas aku sangat menyayangimu" jelasku dengan nada agak ditekan dan dia hanya diam mendengarkan.

Mungkin jika dilihat dari sisi orang ketiga aku memang terlihat posesif, aku juga tidak menyangka akan seposesif ini pada orang lain. Dita memiliki magic dalam dirinya yang dapat menyihirku lalu mengubahku menjadi seposesif dan sesayang ini padanya.

"Sudah, tidak ada penolakan. Kau disini saja jangan kemana-mana, aku akan kembali membawakan semuanya" kataku.

Aku bangkit lalu memberikan ciuman kecil di dahi, kedua belah pipi, dan bibirnya. Menatapnya dan memberikan senyuman sebelum aku pergi meninggalkannya.

Maaf jika aku terlalu menghawatirkanmu

Lantas aku beranjak pergi dari ranjang Dita, tapi baru satu langkah aku berjalan, aku merasakan tanganku ditahan oleh tangan Dita. Tentu lantas aku menoleh dan menatapnya.

"J-jangan tinggalkan aku sendirian, please" pintanya. Tumben sekali dia tak ingin ditinggal.

"Hey,, sayang, kalau aku tidak ke apotek, aku tidak akan bisa membelikanmu obat dan kau tidak akan kunjung sembuh. Jangan khawatir aku tidak akan lama, jika aku sudah mendapatkan obatnya aku akan segera kembali" ucapku dengan nada yang halus sambil mengelus lembut rambutnya.

Memories With You [DIJIN] -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang