Lisa POV
Diana melihat ponselku dan dia membaca pesan antara aku dan Jennie, dia marah sekarang. Kami bersiap untuk tidur tetapi dia melarangku tidur di dekatnya.
"Bae, aku tidur dimana?"
"Terserah"
"Kalau aku tidur di luar, nanti Appa dan Eomma lihat, tidak enak rasanya jika mereka tahu kita bertengkar"
Diana memberikan bed cover padaku "Tidurlah dimana pun kau mau"
Alhasil aku tidur di lantai kamarku. Bentley sudah tidur, dia terlihat sangat lelah hari ini karena membantu di kedai. Dia semakin pintar. Aku salut padanya karena walaupun aku tahu dia merindukan Ibunya tetapi dia tidak merengek. Dia benar-benar kooperatif.
Besok Jennie tiba di Korea. Aku mengatakan padanya untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum menjemput Bentley karena mungkin anaknya akan membuatnya semakin lelah.
Rasa peduliku datang karena bisa disebut dia merupakan orang tua tunggal walaupun dia memiliki babysitter dan asisten rumah tangga.
****
Aku dan Bentley merapikan kedai. Aku menaikkan lengan hoodienya supaya tidak kotor saat dia membersihkan meja. Bentley mengatakan bahwa membersihkan meja adalah tugasnya, jadi aku membiarkannya. Aku memberi Bentley sebuah kain bersih. "Lisa, are you ready? kita akan bekerja seharian".
Kami melakukan hand shake kami dan memeluk satu sama lain. "Fighting" ucapku dengan penuh semangat. "Fightingggg" ucapnya dengan lebih bersemangat. Kami adalah tim kerja, aku berharap saat nanti memiliki anak, aku, istriku, dan anakku bisa menjadi sebuah tim.
"Lisa, apa kau merindukan Mommyku?" tanya Bentley sambil membersihkan meja dengan sebuah kain. Aku sedang memanaskan bumbu untuk kue beras.
"Tentu saja" jawabku sambil mengecilkan api pada kompor yang aku gunakan.
"Apa yang akan kita lakukan setelah Mommy tiba?"
"Mungkin kita bisa makan bersama atau pergi ke suatu tempat"
Seseorang masuk ke dalam kedai, padahal kami belum buka dan itu tertera jelas di pintu masuk, 'Tutup'.
Aku menghampiri seseorang itu dan itu Nyonya Kim, Ibu Jennie. Aku memberi hormat padanya dengan membungkukkan tubuhku. Bentley berlari ke Grandmanya "Grandmaaa... aku merindukanmu". Neneknya menciumnya "Aku juga".
"Maaf karena datang sebelum kedai buka, aku hanya mampir sebentar karena merindukan cucuku".
"Tidak apa-apa, silahkan duduk Nyonya. Maaf masih berantakan"
"Apa-apaan? kau menyebutku Nyonya. Panggil saja Mommy, keluargamu sudah menganggap Jennie sebagai anaknya, jadi kau juga sudah aku anggap anakku"
Aku sedikit ragu untuk memanggilnya dengan sebutan Mommy, aku merasa tidak pantas dan apakah sopan? maksudku, dia adalah orang penting.
Ibu Jennie duduk sambil memangku Bentley. Keduanya berbicara. Aku merasa tidak enak karena dia melihat cucunya bersih-bersih di kedai sehingga aku minta maaf.
"Tidak apa-apa, aku senang karena cucuku menjadi pandai bersih-bersih". Aku menawarkannya minum dan dia menolak sehingga aku mengambil air mineral kemasan yang ada di lemari pendingin.
Bentley tersenyum sambil menatap Grandmanya "Aku bisa menyapu, membersihkan meja, merapikan piring di meja, mengeringkan sendok dengan tisu, dan membagikan air kepada pembeli". Aku bisa mendengar percakapan keduanya. Aku memberikan sebotol air mineral dan dia menerimanya.
Ibu Jennie mengusap kepala anak itu "Wow! cucuku semakin pintar. Itu keren"
"Berkat Lisa" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
YOU ARE READING
The Norm
FanfictionKehidupan di dunia ini memiliki norma dan di negara itu, perbedaan status sosial juga dapat menciptakan batu penghalang antar individu untuk bersama. Di sisi lain, mereka memiliki cinta untuk satu sama lain yang sangat besar dan tidak bisa dipandan...