Selamat membaca.
Seminggu kamudian
Author POV
Flashback on
"Lisa? kau sepertinya tidak fokus sejak tadi?" ucap Ayah Naeun saat melihat Lisa yang tertuju pada seseorang di meja lain. "Kau mengenalnya?"
"Oh-ya, itu temanku" jawab Lisa sambil mencuri pandang pada Ibu satu anak yang berjarak beberapa meter darinya.
"Kau ingin kesana?"
"Bisakah aku kesana?" tanya Lisa, dia sedikit merasa tidak enak untuk meninggalkan meja itu karena dia sedang bersama atasannya.
Suho tersenyum "Silahkan. Jangan bersikap kaku padaku, santai saja". "Appa, tolong bukakan botol ini" ucap Naeun yang membuat fokus Suho terpecah. Gadis kecil itu yang meyakinkan Ayahnya untuk mengajak Lisa bekerja di restoran milik Ayahnya. Suho merupakan Ayah yang bucin pada gadis kecilnya, jadi dia akan melakukan apapun yang putrinya minta.
"Daddy, di tahun ini, aku hanya memiliki satu permintaan. Bisakah kau menjadikan seseorang karyawanmu? dia sudah membantuku"
Ya, kita tidak pernah tahu melalui jalan mana sebuah berkat sampai ke kita. Yang jelas, semua perbuatan akan terbalaskan. Terkadang, kebaikan yang kita anggap kecil, justru itu yang membukakan jalan menuju kebahagiaan atau mungkin itu yang akan menjadi berkat untuk kita. Mungkin yang kita berikan kepada orang lain hanyalah kebaikan kecil tetapi bisa jadi itu adalah hal yang berarti untuk orang yang kita bantu dan itu menjadi doa baik untuk kita.
Lisa pergi ke wanita itu.
"Ada apa?" tanya Lisa. Jennie benci tatapan teduh itu. Kenapa aku selalu bertemu dengan orang-orang brengsek? Kejahatan apa yang aku lakukan sampai aku sesial ini? batin Jennie.
Jennie menatapnya, berusaha untuk melawan tatapan itu "Kenapa kau tiba-tiba peduli?". Jennie tidak ingin kalah dengan perasaannya, tidak ada yang bisa mengendalikannya... seharusnya. Wanita itu tidak ingin menjadi lemah hanya karena itu.
"Apa selama ini kau menilaiku tidak peduli padamu? apa aku terlihat seperti itu?" tanya Lisa, matanya masih tertuju pada Ibu dari teman kecilnya itu.
"Ya" jawab Jennie. Keduanya masih saling bertatapan. Lisa menyandarkan punggungnya di sofa "Aku peduli, Jennie. Aku peduli pada..".
"Pada semua orang yang ada di hidupmu" tambah Jennie.
Lisa tersenyum "Kau benar. Aku peduli pada semua orang yang ada di hidupku, termasuk kau dan Ben. Jadi, jangan berpikir aku tidak peduli"
"Hmmm, aku rasa harus segera pulang karena Siwon menghubungiku" ucap Yuri sambil bangkit dari duduknya, wanita itu hanya ingin keduanya bicara. Lisa menatapnya dan tersenyum ramah "Oh, ya... biarkan aku yang menemaninya"
Jennie menatap Yuri, memberinya kode kalau jangan meninggalkannya. Jennie merapikan tas miliknya untuk ikut pergi "Aku akan pulang juga". Seketika tangan Lisa menahannya. Yuri menepuk pundak Lisa dan berbisik sebelum pergi "Seseorang sedang membohongi perasaannya".
Ucapan itu membuat Lisa berpikir, dia melepas tangan Jennie dan wanita itu akan pergi.
"Aku harus pulang"
"Aku akan mengantarmu, kau sedang emosi. Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri" ucap Lisa, dia berdiri di hadapan Jennie seolah menghalanginya untuk pergi.
YOU ARE READING
The Norm
FanfictionKehidupan di dunia ini memiliki norma dan di negara itu, perbedaan status sosial juga dapat menciptakan batu penghalang antar individu untuk bersama. Di sisi lain, mereka memiliki cinta untuk satu sama lain yang sangat besar dan tidak bisa dipandan...