💙Happy Reading💙
"Bos ijin, boleh ga kalo aku nyalain playlist dari hpku?" Tanya wenda yang meminta ijin dihari pertamanya bekerja.
"Boleh boleh... Oke karena kamu udah kerja disini jadi kamu harus tau job desk kamu apa aja... " Tanya sang bos.
"Kalo shift full time begitu sampe langsung nyalain mesin esspreso terus bersih bersih kaya nyapu sama lap lap alat, terus kalo udah buka aku bagian yang bikin minuman jadi aku cuma ada di depan mesin sama di belakang kalo lagi cuci gelas kotor dan ga boleh ke meja kasir. Ah...iya sama tiap pagi harus kalibrasi tapi ga setiap hari juga. Kalo mau tutup bersih bersihnya nyapu sama ngepel. Kalo ga full time ya langsung ke depan mesin sama dapur belakang." Ucap wenda dengan semangat yang membuat bosnya tertawa senang.
"Ga salah agung begitu maksa buat nyaranin kamu kerja disini, saya tunggu peningkatannya. Selamat bekerja.. " Ucap si bos sambil melambaikan tangan lalu meninggalkan cafenya.
Wenda pun langsung menyalakan bluetooth lalu menyambungkannya ke speaker dan memilih playlist yang akan dia putar kemudian masuk ke dalam untuk memindahkan ke dalam lemari.
Cafe hari ini pun sangat ramai karena memang cafe ini punya citra yang baik dan terletak di dekat kampus berada, jadi jiwa jiwa senja yang tiada hari tanpa kopi selalu mampir kesini ataupun yang bilangnya hobi nongkrong di coffeeshop tapi memesan minuman non kopi.
Wenda jadi tidak menyesal setelah mas agung~sepupunya begitu memaksanya bekerja disini sampai memberinya iming iming.
"Wenda, ayo lah kamu kerja aja di cafe temennya mas, lagi pula kamu juga cuma gantiin orang jadi ga perlu lama lama nda... Nanti kalo kamu mau kerja di tempatnya eko, setelah kontrak kamu habis mas kasih kamu satu cafe, gimana... "
Tawaran mas agung itu lah yang membuat Wenda berdiri disini tanpa rasa menyesal, malah terlampau senang. Bagaimana tidak rekan kerja yang individualis membuatnya tidak perlu mengalami drama drama antara pekerja satu dengan yang lain, dan juga bos yang begitu baik hati dan juga cafe yang selalu ramai menjadi poin plusnya.
Author pov
"Mbak, ice americano 1 dubble shot ya.. " Ucap si pembeli.
Mbak sarah yang baru kali ini mendapati ada pelanggan yang begitu tampan membuatnya terkesima sesaat hingga pembeli itu memanggilnya lagi untuk kedua kalinya.
"Mbaak.. " Panggilnya lagi
"Ah, maaf mas bisa diulangi lagi pesanannya?" Tanya mbak sarah selalu pemegang kuasa dimeja kasir.
"1 ice americano dubble shot."
"Minum disini atau take out?"
"Take out aja mbak.. "
"20.000 mas.. " Si pembeli pun menyerahkan uang 1 lembar 50 ribu.
"30.000 kembaliannya, masnya bisa nunggu disebelah sini.. " Ucap mbak sarah sambil menunjukkan spot tempat untuk pelanggan yang memesan untuk dibawa pulang.
Saat akan berpindah posisi, jamal yang menahan diri dari tadi akhirnya mengeluarkan pertanyaan.
"Mbaknya suka the 1975 juga??"
"Huh?" Sarah terlalu terkejut dengan pertanyaan dari pria tampan itu.
"Ah.. Iya... " Jawab sarah kikuk.
" Beneran mbak? Akhirnya saya ketemu sama orang yang suka the 1975, disekitar saya yang suka the 1975 tuh termasuk golongan minoritas loh mbak.. " Ucap jamal yang sangat excited sedangkan sarah yang melihatnya makin dibuat terpesona, pasalnya saat memesan tadi ekspresi si pria hanya datar dan dingin tapi sekarang wajahnya begitu sumringah jangan lupakan juga lesung pipi yang membuatnya makin meleleh.