Bab 22; pasar malam (1)

18 0 0
                                    

Malam

Elsa terbaring di kamarnya, rupanya gadis itu menangis. Perasaanya bercampur aduk, marah, cemburu, terluka dan kecewa. Mengingat kembali perkataan Rifan padanya.

" Lo nyium gue dengan berani"

" Maaf, tapi gue gak suka liat Lo sama Dara itu"

" Mau Lo suka atau nggak, itu gak ada hubungannya sama Lo"

" Tapi gue suka sama Lo, gue cinta Rifan"

" Masalahnya gue gak cinta sama Lo El, jangan sakitin diri Lo dengan jatuhin perasaan suka ke gue. Karna bukan Lo yang gue suka, gue cintanya sama orang lain"

" Cewek tadi yang Lo maksud?"

" Iya, dia. Gue suka sama dia."

Air matanya menetes, memukul dadanya sakit. Apalagi saat mengingat bagaimana setelah dia mencium bibir Rifan. Rifan mengusap bibirnya dengan begitu kasar.

Hikksss...hiksss

" Sakit, rasanya sakit" isakan Elsa. Memukul dadanya tak terasa sesak. Pengajuan Rifan sangat menyakitkan bagi Elsa. " Kenapa jatuh cinta sesakit ini" sambungnya. Menyakitkan apalagi jika tahu, bahwa Rifan ternyata menyukai orang lain.

Menangis, luapan emosi yang tertahan sudah tak terbendung. Elsa melampiaskannya dengan menangis sampai dia benar-benar puas dan lelah.

Tok...tok...tok..

" Elsa " panggil suara dari luar kamar Elsa.

Mendengar namanya di panggil, Elsa segera bangun. Mengusap air matanya. Pintu terbuka, seseorang datang menghampiri Elsa. Meski Elsa berusaha mengusap air matanya, tapi sepertinya dia sadar, Bahwa gadis di hadapannya ini baru saja menangis.

Duduk di sampin Elsa, " habis nangis?" Tanyanya " Kenapa? Cerita sama gue"

" Bang vano" Elsa berhambur ke pelukan vano. Kepala gadis itu disandarkan di bahu vano. Kedua lengannya yang melingkat di pinggang vano.

" Elsa nangis, kangen mama papa" ucapnya berbohong.

Vano mengusap kepala Elsa lembut, " jangan nangis. Nanti mereka gak tenang disana liat Lo kayak gini"

" Elsa cuma kangen aja. Tiba-tiba ingat sama mereka." Jawabnya

Melepas pelukan Elsa, menangkap kedua sisi wajah gadis itu. Mengusap nya dengan penuh sayang. " Lo udah Janji kemarin sama mereka berdua, kalau Lo gak akan cengeng. Lo akan jadi anak yang kuat. Lo gak lupa itu kan Elsa" ucap vano mengingatkan Elsa akan janjinya sendiri di makam kedua orang tuanya.

Elsa sudah tak memiliki orang tua. Mereka sudah tiada saat Elsa menginjak pendidikan kelas 1 SMA. Vano bukanlah saudara kandungnya. Vano diangkat menjadi anak oleh kedua orang tua Elsa. Dengan alasan Elsa ingin memiliki Abang laki-laki.

" El ingat Abang" Elsa tersenyum.

Vano mencium kening Elsa lembut, merasakan kecupan vano di keningnya. Elsa menutup mata. Air mata gadis itu menetes kembali, hanya setetes. " El, bersyukur. Allah kirimin sosok seperti bang vano. El sayang Abang." Ucap Elsa.

" Abang jauh lebih sayang Elsa" balas Vano.

🌼

Drtttt.....

Terdengar dering ponsel Dara di atas meja riasnya. Keluar dari kamar mandi, baru saja membersihkan diri. Meraih ponsel melihat nama yang tertera.

Heart Choice (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang