°💜💜°
Dara berjalan mondar-mandir di dalam kamar, terlihat uring-uringan. Bagaimana tidak, tanpa memberitahu padanya, Harlen datang ke rumah meminta izin pada kedua orang tua dara untuk menemani ke pesta ulang tahun.
" Dasar, Harlen. Kenapa gak ngomong dulu sih, pake acara diam segala." Ucap dara cemas. Pasalnya, dara tau bagaimana papanya jika berhubungan dengan namanya laki-laki. Apalagi ingin mengajak keluar. Bahkan satu waktu, sudah beberapa kali ada seorang laki-laki datang ke rumah, justru pulang dengan wajah pucat pasi setelahnya tak pernah datang kedua kali, mereka kapok. Dara tau, menurut mereka papanya terlalu menakutkan apalagi dengan wajah garang plus mata melotot tajam kapan saja jika ada hal tak dia suka.
" Duh, gimana ini? Mati gue" masih mondar mandir jalan sana jalan sini. Sesekali menggigit kuku.
Dara menoleh, harap-harap cemas saat melihat Fathia datang ke kamar. " Loh, kamu gak siap-siap sayang?, Nak Harlen nungguin kamu di bawah" ucap Fathia menghampiri dara.
Mengerti dengan raut wajah dara saat ini, Fathia tersenyum mengusap kepala dara dengan lembut, " gak usah cemas, kali ini di izinin kok. Sana ganti baju, kasian na Harlen nya nunggu nanti keburu malam juga" sambung fathia lagi lalu keluar dari kamar dara.
Ada rasa lega saat mendengar bahwa papa nya ternyata mengizinkan. Sebenarnya ia tak ingin pergi, tapi melihat bagaimana usaha Harlen maka ia setuju dan ikut.
Tak ingin membuat Harlen menunggu lama, dara segera bersiap. Setelah dirasa cukup, dara segera keluar dari kamar. Menyusul Harlen yang menunggu.
" Nah, itu dara udah siap" ucap Fathia melihat dara yang datang menghampiri.
Harlen menoleh, mendapati penampilan dara yang membuatnya lagi-lagi terdiam. "Cantik" gumam harlen dalam hati. Kesadaran harlen kembali saat mendengar suara deheman dari bian. Seketika Harlen seakan salah tingkah karna kedapatan mencuri pandang pada dara.
Dara ikut duduk di samping Fathia. " Ingat ya Harlen, pesan om tadi."
" Iya om. Harlen gak akan lama bawa dara. Harlen akan jagain dia" janji Harlen pada bian. Meski sedikit gugup, bukan sedikit tapi sangat. Namun, Harlen tetap berusaha terlihat santai.
" Satu lagi, ingat tujuan kalian itu untuk ke pesta ulang tahun teman kamu, habis dari sana langsung antar dara pulang dan jangan belok kanan kiri lagi" jelas bian menekan kalimat belok kanan belok kiri.
Harlen mengangguk, ia paham maksud ucapan papa dara belok kanan belok kiri adalah jangan mampir kemana lagi. Tapi langsung benar-benar pulang.
Setalah diceramahi oleh bian, mereka berdua pun pamit.
Harlen malam ini menggunakan mobil, dara masuk setelah Harlen dengan lembut membukakan pintu mobil. Lalu Harlen pun menyusul, Segera meninggalkan rumah dara.
Huffftt...
Helaan nafas Harlen terdengar di telinga dara, dara pun menoleh, " Lo kenapa? Takut ya tadi?" Tanya dara
Harlen mengangguk, " takut bangat. Gue barusan senekat itu minta izin sama orang tua buat bawa anaknya Ra" jelasnya
" Selama ini gak ada tuh, gue mau bawa anak orang malam-malam."
" Terus, Lo dapat keberanian dari mana datang ke rumah gak bilang dulu sama gue juga?" Tanya dara
" Hehehe, sorry takutnya kalau gue bilang Lo nolak. Jadi mending beranikan Diri aja" jawab harlen
" Gimana? Seru gak minta izin sama bokap gue?" Tanya dara
" Menegangkan tapi it's Ok. Sekalian pendekatan sama camer " ucap Harlen yang entah serius atau memang hanya candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice (ON GOING)
RomanceHarusnya aku memahami batasan diantara kita. Harusnya aku bersikap biasa, bukan malah bersikap membuatku sampai tertarik. Tapi entah kenapa aku suka perlakuan itu. Harusnya aku waktu itu gak terlalu dekat sama kamu, meskipun jujur, berada di dekat k...