Bab 26; sosok misterius

20 0 0
                                    

°💜💜°

Elsa termenung duduk di meja belajarnya. Suara ketukan pulpen yang sedari tadi gadis itu memantulkan ke meja. Merasakan bagaimana perasaannya saat ini yang semakin terluka karna Rifan. Bayang-bayang seorang Rifan yang selalu terlintas di pikirannya.

" Kenapa tuhan titipin perasaan ini ke gue Rifan!"

" Kenapa gue harus jatuh cinta sama cowok kayak Lo. Di luar sana masih ada yang jauh lebih baik. Tapi kenapa hati gue harus Milih Lo."

" Rasanya sakit, apalagi dengar ucapan dari mulut Lo."

" Hati gue remuk, lihat Lo sama cewek lain. Gue gak suka, gue cemburu. Tapi gak bisa lakuin apapun. Gue bukan siapa-siapa di hidup Lo. Lo bahkan sama sekali gak suka sama gue. Tapi kenapa gue gak bisa benci sama Lo. Semakin Lo nolak justru semakin buat perasaan gue makin dalam"

Elsa sedari tadi bergumam dalam hatinya. Sadar, jatuh cinta pada seorang Rifan adalah sebuah penyakit untuk dirinya. Namun, di balik rasa sakit itu. Elsa pun sadar, bahwa rasanya sudah terlalu jauh. Dia juga bingung. Kenapa bisa mencintai Rifan sedalam itu. Padahal jika di ingat, laki-laki itu cuek padanya. Berbicara hanya sesingkat-singkatnya.

Tak sadar, seseorang membuka pintu. Masuk ke dalam. Mendekat ke arah gadis itu. Sebuah usapan lembut di rambut panjangnya yang terurai.

" Lagi belajar?" Tanya seseorang itu yang ternyata vano. Laki-laki itu duduk di pinggir kasur samping Elsa.

" Iya" jawab Elsa menoleh ke arah vano.

" Yakin?" Elsa mengangguk. " Terus ngapain, pulpennya di pantul-pantulin ke meja. Memang tugasnya sudah selesai?" Tanya Vano.

" Udah selesai Abang."

" Terus kalau udah selesai kenapa gak istirahat?" Tanya vano

" El belum ngantuk." Jawab gadis itu " Abang, kita nonton yuk. Ajak Elsa

Vano tak menolak, laki-laki itu mengangguk lalu berdiri. " Yuk"

Melihat vano berdiri, Elsa tak bergerak. Membuat laki-laki itu menatapnya aneh. " Katanya mau nonton. Kenapa diam?"

Elsa mengangkat kedua tangannya ke atas. Seolah memberi kode pada vano untuk menggendongnya keluar. Vano peka akan hal itu, mengangkat Elsa, menggendong gadis itu seperti bayi koala. Tangan Elsa yang melingkar di leher vano. Begitu juga dengan kedua kakinya yang melingkar di pinggang laki-laki itu.

Bagi seorang vano, adiknya itu memiliki sifat yang manja. Hal seperti ini sudah biasa untuknya. Menghadapai sifat manja Elsa. Vano tidak akan keberatan, karna vano sangat menyayangi Elsa. Dia hanya memiliki Elsa.

Membawa Elsa keluar, " Lo gak kedinginan?" Tanya vano, kala melihat pakaian gadis itu yang minim. Piyama pendek di atas lutut.

Elsa menggeleng, " gak, kan ada Abang yang meluk. Hangat" ucap Elsa

" Gimana kalau ada yang datang. Terus liat Lo kayak gini. Bahaya Elsa."

" Kan ada Abang," jawab gadis itu lagi.

Masih dalam gendongan vano, tak ingin turun. Vano sedikit kesusahan saat mengambil remot. Menyalakan televisi nya. Duduk di sofa, " turun gih, udah sampai" suruh vano

Bukannya turun, Elsa justru mengeratkan lengannya di leher vano. Menyandarkan kepala di bahu laki-laki itu. " Mau nonton kan? Itu tv nya udah nyala El"

" Nanti aja, meluk bang vano kayaknya lebih seru" jawab elsa.

" Tumben, manja Lo Kambu lagi, Lo kenapa? Ada masalah?" Tanya vano mengusap rambut panjang gadis itu.

Heart Choice (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang