🍁
Malamnya, 🌃
Dara duduk termenung di balkon kamarnya. Menatap ke depan. Tepatnya arah rumah Regan yang gelap.
" Beneran kangen ternyata" ucap Dara harus mengakui perasaan yang muncul dalam dirinya. Perasaan bahwa dia merindukan kehadiran Regan yang setiap malam akan datang, memanjat balkon kamarnya.
Dara sesekali mengecek ponselnya, berharap Regan menelfon meskipun hanya untuk sekedar menyapa saja. Tapi nihil, harapan itu hanya sebuah harapan yang tak akan menjadi nyata. Bahkan entah sudah kali ke berapa Dara mengecek hasilnya sama saja. Tak ada panggilan atau notifikasi dari sosok Regan.
" Positif thinking aja Ra, mungkin dia capek. Atau gak ada jaringan sama sekali" ucap Dara terlihat tak bersemangat.
Gadis itu berdiri, berjalan masuk ke dalam. Menutup pintu balkon kamarnya. Berjalan ke arah ranjang. Memilih untuk berbaring, meletakkan ponselnya di meja kecil samping ranjangnya. Memilih untuk menutup mata. Namun baru beberapa detik saja, mata Dara kembali terbuka saat mendengar dering ponselnya. Terperanjat, dengan cepat melihat siapa yang menelfon. Berpikir bahwa Regan namun ternyata bukan. Sedikit kecewa, tapi Dara tetap menjawab panggilan itu.
" Halo kak Dara" sapa Rifan
" Halo juga Rifan" balas Dara
" Udah tidur ya kak?" Tanya Rifan.
" Gak sih, tadi baru mau tidur tapi dengar ada yang nelfon " jawab Dara
" Eh, gue ganggu dong kalau gitu." Ucap Rifan
" Santai aja Rifan, gak kok. Gak ganggu."
" Serius?" Tanya Rifan lagi
" Iya Rifan"
" Beneran ya kak?" Sekali Rifan bertanya
" Iya Rifan" dara tertawa mendengarnya.
" Syukur deh kalau gak ganggu"
" Kenapa? Lo mau curhat atau apa?" Tanya Dara berbalik
" Gak, cuma mau minum obat"
" Ha! Minum obat? Lo sakit lagi?" Tanyanya lagi
" gue lagi sakit. Sakit malarindu kata dokter. Dan obatnya itu cuma satu" jawab Rifan dengan suara yang di lemah-lemahkan.
" Ada-ada aja tau gak Lo. Terus gimana? Udah di minum belum obatnya?" Tanya Dara di selingi suara tawanya
" Udah, kan udah dengar suara Lo. Langsung sehat bugar " balas Rifan
" Dasar ya Lo," ucap Dara lagi-lagi tertawa.
" Alhamdulillah " ucap Rifan
Dara berhenti tertawa, " kenapa? "
" Gue bersyukur, bisa buat Lo ketawa Ra" jawabnya
" Ya udah, Alhamdulillah juga Lo udah buat gue ketawa"
Satu jam menelfon dengan Rifan. Sampai Dara tertidur begitu saja tanp memutuskan panggilan. Tak mendengar Rifan yang menyaut memanggil namanya sedari tadi. Beberapa kali sampai akhirnya suara Rifan di seberang telfon bahkan tak Dara dengar saking mengantuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice (ON GOING)
RomanceHarusnya aku memahami batasan diantara kita. Harusnya aku bersikap biasa, bukan malah bersikap membuatku sampai tertarik. Tapi entah kenapa aku suka perlakuan itu. Harusnya aku waktu itu gak terlalu dekat sama kamu, meskipun jujur, berada di dekat k...