Bab 33. kalah telat

6 0 0
                                    

Sepagi ini, harlen datang ke rumah Dara, niat untuk berangkat dengan Dara ke kampus bersamanya. Namun, saat sampai di rumah Dara. Rupanya gadis itu sudah berangkat. Harlen sempat bertanya pada Bian.

"Maaf om, saya mau nanya. Dara berangkat ke kampus sendiri atau sama siapa ya?" Tanyanya.

"Itu, sama nak Regan. Tetangga di depan rumah. Belum lama juga, mereka baru berangkat sekitar satu menit yang lalu" Jawab Bian, ada rasa kecewa dalam hati saat jawaban yang dia dapatkan adalah Dara ke kampus diantar oleh Regan. Setelah gagalnya menjemput Dara lagi, Harlen pamit pada Bian.

Sepanjang perjalanan, mood Harlen tidak baik. Cemburu dan kecewa dia rasakan karna telat menjemput Dara. Harlen juga merasa salah untuk tindakannya. Harusnya dia menghubungi Dara agar menunggunya, bukan justru datang tanpa memberitahu Dara terlebih dahulu. Jika sudah seperti ini maka siapa yang akan dia salahkan, tentu saja dirinya. Namun, marahnya dia arahkan pada Regan.

Disisi lain, mobil Regan telah sampai di depan kampus Dara. Dara membuka pintu mobil, diikuti Regan yang juga turun. "makasih kak Regan, untuk kebaikan hatinya mengantar ke kampus." Ucap Dara

"Alay tau gak." Jawab Regan. "Tapi sama-sama." Sambungnya.

"Ish, orang mau ngucapin makasih malah dibilang alay." Ucap Dara kesal.

"Gak alay kalau biasa aja ngomongnya." Balas Regan. "Ya gak usah ngambek. Gitu aja gampang bangat marahnya." Sambungnya melihat sikap Dara yang cepat berubah.

"Dah, sana masuk. Belajar yang benar." Ucap Regan menepuk puncak kepala Dara dengan lembut.

"Ok." Jawab Dara singkat. "Hati-hati."

"Mau dijemput? Atau mau pulang sendiri?" Tanya Regan menawarkan.

"Menurut kak Regan, mana yang baik?" Tanya Dara berbalik.

Regan mengangguk, "ok, telfon gue kalau Lo udah selesai. Nanti gue jemput balik." Jawab Regan pasa pertanyaannya sendiri. Pertanyaan untuk Dara namun dia yang kembali memutuskan.

"Sip. Gue masuk kalau gitu." Pamit Dara. Dia berbalik, meninggalkan Regan yang melambaikan tangan dibelakangnya.

Jangan lupakan mengenai Harlen, tepat saat Dara berbalik, Regan yang pergi dari sana. Harlen baru saja sampai. Saat motornya berbelok ke gerbang kampus. Dengan cepat diperkirkan. Lalu menyusul Dara.

"Dara" panggil Harlen mengejar langkah Dara yang terhenti saat mendengar namanya dipanggil.

"Harlen." Sebut Dara ketika Harlen sudah ada di depannya.

"Tadi, gue ke rumah Lo. Gue kira Lo belum berangkat. Gue ketemu om Bian, katanya Lo diantar sama Regan." Ucap Harlen dengan raut wajah malas diakhir saat menyebut nama Regan.

Dia sepertinya tidak suka adanya Regan di kehidupan Dara. Tentu saja, Harlen cemburu. Apalagi melihat kedekatan Dara dan Regan yang begitu dekat. Bahkan rumah mereka juga berdekatan. Pikiran Harlen, otomatis mereka akan sering bertemu dan akan semakin lengket saja.

"Lo ke rumah? Kenapa gak ngomong dulu." Ucap Dara.

Mereka berdua masih tetap berada di tempat.

"Salah gue sih, harusnya ngomong. Andaikan ngomong, Lo sama gue pasti berangkat bareng ke kampus." Ucap Harlen.

Mereka kembali melanjutkan jalan, melangkah beriringan. "Sebagai penebusan karna gue gak berangkat bareng sama Lo, gimana kalau nanti pulang dari kampus gue antar Lo pulang?"

"Ha!" Dara terdiam. Bingung apa yang akan dia jawab. Pasalnya baru beberapa menit yang lalu, Regan mengatakan akan menjemputnya kembali. "Liat nanti deh Len." Jawabnya.

Heart Choice (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang