𑁍; Thoma

2K 169 19
                                    

Filthiest Fantasy.

Tags: modern, kinda nsfw, kissing, we are a sinner

Warning: kinda nsfw, hngg 16+ maybe??? Lol.

─────┈ ୨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


─────┈ ୨ ..𖣔.. ୧ ┈─────

"Sejujurnya sudah berapa lama aku terlibat dalam fantasi liarmu itu?"

Lisan kontan tercekat, lidah terasa kelu begitu kalimatmu menyentuh rungu. Tidak sekalipun Thoma pernah mengira bahwa realitas sudah kamu tangkap nyatanya. Isi pikiran si pemuda yang tak seputih apa yang kamu pikir awalnya, rupanya sudah kamu ketahui faktanya.

Ia hendak menjelaskan, ia hendak menjawab. Hendak meminta ampunan atas segala kelancangan, tetapi tatapan kosong yang kamu tujukan padanya membuka syaraf lidah tak berfungsi seperti biasa. Ia takut. Takut apabila ujarannya akan timbulkan luka lebih parah, lalu kamu semakin kecewa.

Ekspresi kalian sama-sama tidak berbohong. Ia menunduk ke bawah, enggan menatap tatapan kosong yang kamu tunjukan padanya. Wajahnya jelas menggamblangkan rasa bersalah, pipinya merona entah karena malu atau bagaimana, tetapi kamu menangkap raut wajah penuh rasa bingung itu.

Untuk sekali lagi kamu bertanya, "katakan padaku, apa aku berperan dengan baik dalam fantasimu?"

"[Name], aku tidak bermaksud."

Ia kehabisan kata, kamu tahu itu. Tetapi apa yang kamu temukan di apartemen milik si pemuda jelas hampir membuat isi kepalamu meledak. Maid dress yang jelas-jelas seukuran tubuhmu, kamu temukan tersembunyi di lemari pakaiannya.

Kamu menginap tanpa membawa pakaian ganti, padahal relasi kalian belum mencapai hubungan resmi. Sedari awal kamu memang hanya menginap, kamu takut terbangun sendirian atas trauma lama.

Awalnya kamu memang hanya menuduh, siapa tahu itu bukan untukmu, tetapi reaksinya membuatmu terkejut bukan kepalang.

Ternyata memang ditujukan untukmu.

"Apa seingin itu kamu melihatku memakainya? Tidakkah kamu sengaja meletakkannya disana agar aku bisa menemukannya saat menggeledah lemarimu untuk mencari pakaian yang bisa aku gunakan?"

Thoma semakin menunduk dalam. Sesungguhnya, selain enggan menatap matamu, ia takut kehilangan kewarasan bilamana sekali lagi menemukan tubuhmu terbalut pakaian sialan berwarna hitam dan putih itu.

Kebungkaman membuatmu semakin muak. Kamu tak butuh maaf, tetapi kamu sendiri tak yakin apa yang kamu mau. Mungkinkah itu pengakuan? Atau penjelasan? Kamu sendiri tidaklah yakin apa itu.

Tanganmu terulur meraih dagunya, menariknya untuk memaksa kelereng kembar miliknya bertemu milikmu. "Lihat aku. Apakah sudah sesuai dengan apa yang kamu angankan?"

"Jawab."

Begitu jemarimu tak lagi menyentuh wajahnya, ia mengangguk. Persetan dengan kewarasan, Thoma tahu bahwa kesempatan tak akan semerta-merta datang lebih dari sekali. Maka, ketika netranya menangkap eksistensimu dengan pakaian kekurangan bahan, ia tak bisa berbuat banyak. Apa yang kamu bicarakan sedari tadi bukan kebohongan.

Sial sekali, Thoma sadar kesabarannya sedikit demi sedikit terkikis oleh kegelapan. Jemarinya tergerak oleh desir keinginan, kemudian tergantikan oleh akal sehat yang tidak berfungsi benar karena demi apapun, kamu dengan segala apapun yang kamu kenakan adalah bentuk keindahan, ia kagumin dalam diam.

Mengumpat dalam hati, telinganya jelas berdenging sementara panas muncul di dua sisi pipi. Degup jantung berlomba, astaga ia bahkan tidak dapat menghentikan netranya melucuti lekuk tubuh yang membuatnya gila, tubuhmu baginya seperti diberkati oleh langit dengan segala cahaya keindahannya.

"[Name], aku—"

Ia tidak mampu meneruskannya, kalimatnya terhenti di ujung tenggorokan dan tangannya menggenggam pergelangan tanganmu, terlalu takut.

Seujung bibir kamu angkat ke atas, "apa itu?"

Terkutuk lah pembuat pakaian ini, terkutuk lah iblis yang memudarkan akal sehatnya, terkutuk lah seisi semesta. Baginya, kamu terlihat luar biasa. Seringai tipis itu jelas undangan, penghancur sekat penggalang dan Thoma bukanlah laki-laki polos baru menginjak usia remaja yang tidak akan menangkap maksudmu.

"Sialan!" satu umpatan lolos dari bibirnya.

Thoma berujar pada akhirnya, "apa kamu berkenan mengijinkan?"

Hanya sebuah anggukan ringan dengan satu sudut bibir terangkat sebagai jawaban maka Thoma lekas mengambil tindakan. Kedua labium merah muda bertemu, dijembatani oleh nafsu dan hasrat yang menggebu.

Persetan. Persetan dengan semua, yang Thoma inginkan hanya kamu. Melihatmu yang tak keberatan, memangnya ia bisa mengulur akal sehatnya untuk menolak semua ini?

Tautan kalian terlepas hanya untuk ucapannya padamu sebelum ia mempertemukan lidah kalian untuk kedua kalinya. Ia berkata, "aku harap kamu tidak keberatan dengan sedikit rasa sakit sebagai akibat keberanian sialanmu itu."

Selanjutnya pun kamu tahu sendiri. Demi semesta alam, Thoma melakukannya dengan baik di atasmu hingga kamu pikir bahwa kamu telah melihat bintang. Dan bagaimana kamu terasa luar biasa untuknya, ia mungkin rela menukar sisa jiwanya untuk membuatmu terus berada dalam dekapannya.

─────┈ ୨ ..𖣔.. ୧ ┈─────

Caught in 4K 😔📸

I'm literally post this in the morning, oh God 💀

Req nya aku keep dulu yh, nggak tau kira-kira otakku bisa dengan mudah menemukan alur ap tdk. TAPI REQUEST NYA YANG AGAK DETAIL PLIS, AKU AGAK BINGUNG KALAU KALIAN NYEBUTIN NAMANYA DOANG😔

Mffh yh ak bnyk bct.

Next?

✧ 𝐄𝐭𝐡𝐞𝐫𝐞𝐚𝐥 ⋮⋮ Genshin Impact Fanfictions✧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang