2. Meet Up

8.7K 959 75
                                    







🌺





Setengah sembilan malam.

Carven sekali lagi menengok jam di pergelangan tangannya, lalu ponselnya.
Lupa sama sekali bahwa di layar ponsel itu juga ada jam digital yang bisa dilihat sekalian dalam sekali gerakan.

Satu jam berlalu dari waktu yang dijanjikan Ryuu, tanpa tanda-tanda kehadiran pemuda tersebut. Tadi Ryuu bilang akan sampai sekitar jam tujuh atau setengah delapan. Ia juga bilang tunggu di rumah saja, tidak perlu datang ke bandara. Ryuu kan belum tahu kalau Carven bisa bawa motor.

Sekarang, di tengah desir halus angin malam yang dingin, Carven duduk sendirian di taman dekat rumahnya. Taman yang belum berubah, hanya ada sedikit perbaikan saja dari pemerintah setempat.
Sendirian menunggu kedatangan Ryuu.
Bang Tria yang baik hati itu bahkan rela meliburkan kafenya satu malam supaya Carven bisa menyambut kekasih pulang.

Ingatan Carven berkelana.
Dulu, bertahun-tahun yang lalu, di taman ini dan di malam seperti ini, ia pernah nyaris mati dilindas mobil yang dikendarai Alex.

Carven tersenyum pahit. Serpihan masa lalu itu seperti kepingan-kepingan puzzle yang menjadikannya manusia utuh seperti sekarang ini. Walau hidup sebatang kara, tapi Carven jauh lebih bahagia.

"Minta minum!"

Carven terkejut, lantas mendongak. Mendapati seorang gadis berdiri dengan tangan menunjuk gelas plastik berisi americano yang berada dalam genggaman tangannya.

"Gue bilang minta minum!"

Si gadis berkata lagi. Kali ini dengan nada tidak sabar dalam suaranya.  Jemarinya masih menunjuk bersama aroma alkohol yang menguar. Sepertinya gadis ini mabuk.

Carven tidak mau cari gara-gara, jadi ia ulurkan saja gelas plastik itu ke arah si gadis. Lagipula, ini cuma kopi.

Namun, entah terlalu mabuk atau apa, tangan gemetar gadis itu justru menampik gelas dan membuat isinya tumpah hingga mengenai bagian depan celana jeans Carven.

"Oh, shit!"

"Ya ampun, sorii ... soriii ... sini gue bersihin, sini ... Astaga, kenapa gue bego banget?"

"Nggak--"

Si gadis berjongkok di depan Carven, mengipas-ngipas dengan telapak tangan sementara mulutnya meniup-niup.

Bisa kalian bayangkan adegan bodoh itu?

"Nggak usah." Carven bergerak tidak nyaman, tapi si gadis mabuk bersikeras.

"Seben--"

"CARVEN!"

Oh, damn!

Carven mendorong si gadis sampai jatuh. Tak peduli apakah hal itu menyakiti atau tidak. Ia menoleh ke arah sumber suara dengan sorot mata gentar.

"LO NGAPAIN?"

Ryuu Narada berdiri di sana. Di bawah sinar temaram lampu taman. Sedang mendelik shock menyaksikan adegan tolol yang jelas saja dalam kepalanya berlainan arti dengan yang sebenarnya terjadi.

Memangnya apa lagi yang ada dalam pikiran orang ketika melihat seorang gadis berjongkok di depan resleting celana seorang pemuda dalam keremangan taman malam-malam begini?

"Ryuu."

Ryuu mendesis, kentara sekali setengah mati berjuang menahan emosi yang tak pernah pintar ia kuasai.
Setelah satu tahun menahan rindu, inikah yang ia dapati?
Ryuu merasa detik ini juga ia harus kembali terbang ke Manchester, atau taman sialan ini akan hangus dibakarnya.

Promise  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang