☘️
Segaris cahaya biru yang buram menyeruak masuk dari celah jendela yang luput dari tirai penutup. Membuat Ryuu mengerjap beberapa kali, lantas memicingkan mata. Pandangannya mengitari dinding kamar Carven untuk mencari keberadaan penunjuk waktu. Tapi nihil, Carven tidak punya jam dinding rupanya.
Pemuda itu lantas meraba nakas di sampingnya, mengangkat ponsel di sana dan mendekatkan ke mata.
Jam lima pagi.Ryuu kembali ke posisi semula. Tersenyum ketika mendapati sosok yang meringkuk di pelukannya belum berpindah tempat sama sekali.
Carven masih memejamkan mata. Desir halus naik turun napasnya menandakan bahwa pemuda itu belum beranjak dari alam mimpi. Ryuu membelai rambut cokelatnya yang lembut, menghirup wanginya sepuas hati.
"Paling gemoy se-universe, ayang aku. Kangen banget astaga," bisiknya sembari mencubit-cubit gemas pipi Carven yang merona. Membuat si empunya bergerak karena terganggu.
Ryuu terus mengganggu sampai beberapa saat kemudian Carven terpaksa membuka mata dengan kesal.
"Kalo gangguin gue mulu, lo tidur di luar!" hardiknya dengan suara serak bangun tidur.
"Ampun, nyonya. Abisnya gemes."
"Kalo udah kebangun gue nggak bisa tidur lagi. Ini kan masih subuh."
"Iya, sorry Pacar. Abisnya lo gemoy banget kalo merem. Pengen gue telen aja rasanya."
Ryuu meraih tubuh Carven lagi dan membawanya dalam pelukan hangat seraya berbisik menggoda.
"Masih ada waktu, Baby. Lagi yuk bentar aja."
"Lo mana ada bentar. Lagian semalem udah berkali-kali. Ntar gue dimarahin Bang Tria kalo nggak bisa jalan."
Ryuu mana peduli. Ia justru mengeratkan pelukan. Menelusuri garis punggung yang sehalus sutera itu dengan jemarinya. Bibirnya mendekat kembali untuk mencuri ciuman.
Napas hangatnya menyapu setiap inci permukaan tubuh Carven yang tak tertutup apapun. Membuat bocahnya tidak bisa menahan suara desah yang seksi.
Sesuatu dalam dirinya kembali bangkit dan terasa mendesak."Carven, enam bulan itu bukan waktu yang singkat. Lo nggak tau betapa gue tiap malam kesiksa batin gara-gara ini. Nanti Bang Tria biar gue yang handle, deh. Pokoknya seharian ini, lo nggak boleh keluar kamar."
Whoa. That's disaster.
***
Ryuu pulang ke rumah besar sore harinya setelah mengantar Carven ke kafe untuk kerja shift sore. Juga setelah migrain-nya kambuh gara-gara baru menyadari motornya tersimpan damai di rumah Carven, dan terutama, ternyata setiap hari selama berbulan-bulan belakangan ini, bocahnya itu pulang pergi kuliah dan kerja mengendarai motornya sampai fasih.
Ryuu bukan peduli pada motornya, tapi pada Carven. Rasa-rasanya, ia bisa mati muda kena hipertensi kalau membayangkan berapa banyak mata kurang ajar yang bebas menikmati pesona pacar pujaan hatinya itu ketika di jalan raya mengendarai motor.
Benar-benar tak bisa dibiarkan. Ryuu harus bikin perhitungan dengan Maminya.Rumah yang bagaikan istana itu seperti biasanya, lengang tanpa suara atau pergerakan apapun. Ryuu naik ke lantai tiga, di mana balkon favorit Maminya berada. Pada senja hari yang cantik seperti ini, biasanya Maminya akan berada di sana. Minum teh seperti layaknya kaum aristokrat.
"Mami ... " Ryuu memanggil, mendapati wanita cantik yang sedang asyik dengan cat kuku.
"Aah ... My Boy! Sudah ingat jalan ke rumah rupanya, ha? Mami pikir you ketinggalan di bandara. Ini lagi pulang bukannya peluk Mami kek, malah pasang wajah mau gelut gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Teen Fiction🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...