Selamat malam, kalian 🥰
⭐
Carven membalas pandangan Ryuu. Pemuda itu tersenyum sembari mengulurkan tangan untuk mengusap pipi Carven dengan lembut. "Tegang amet, sih?"
"Ya katanya mau jujur? Udah gih, ngomong!" sergah Carven kesal. "Kenapa? Lo selama ini selingkuh sama Justin dan sekarang mau go public?"
"Astaga! Ya enggak lah. Lo kalo cemburu suka ngadi-ngadi, ih."
"Ya terus kenapa? Dan gue nggak cemburu, jangan kegeeran deh lo."
Ryuu terkikik kecil. Memelankan suaranya karena film sudah hampir dimulai. "Yah, nggak sepenuhnya salah. Gue emang mau ngomongin masalah Justin, sih."
Kali ini, Carven hanya mengangkat alis tanpa berkata-kata. Entah mengapa ia tidak terlalu excited. Andai kata Ryuu memang mengatakan bahwa ia punya hubungan dengan Justin, Carven tidak akan bagaimana-bagaimana.
"Justin jelas banget punya rasa sama gue," ungkap Ryuu, dan Carven menyimak baik-baik. "Gue nggak mau jadi orang jahat, Pacar. Gue nggak mau seolah-olah kasih dia kesempatan. Karena emang nggak akan pernah ada kesempatan. Gue cuma cinta sama lo, gue nggak mau main-main."
Carven menghela napas. Dipandangnya lurus kedua manik kelabu yang selalu menjadi kesukaannya itu. Ryuu tidak bercanda.
"Ya, terus?"
"Gue mau udahin aja kontrak kerjasama sama dia. Nggak ada perpanjangan lagi."
Sekarang, Carven mengernyit. Sependek yang ia tahu, perusahaan di bawah naungan keluarga Ryuu memang sedang meluncurkan produk dengan target market remaja. Dan menggunakan Justin Al yang adalah artis sekaligus influencer yang sedang hits belakangan ini sebagai ambassador, jelas akan mendatangkan profit yang tidak main-main.
Jika Ryuu tiba-tiba saja memutus kerjasama bisnis tanpa alasan jelas begitu, memangnya pemuda itu sudah siap digantung papinya di pintu gerbang rumah?"Jangan sembarangan, Ryuu," tukas Carven kemudian. "Profesional dikit. Jangan campurin urusan kerjaan sama masalah pribadi. Lo mau diusir dari rumah sama bapak lo?"
"Gue profesional, tapi Justin nggak. Udah berapa kali dia bikin hubungan kita down? Dia nggak akan berhenti sampai apa yang dia pengen, bisa dia dapetin. Dan lagi, perusahaan itu punya Papi, bukan punya gue. Gue nggak akan pernah korbanin hubungan kita cuma buat sesuatu yang sebenernya gue nggak pengen."
"Ya, tapi kalo perusahaan Papi lo sukses, lo juga yang nikmatin hasilnya."
Ryuu berdecih mendengar pernyataan Carven barusan. "Lo nggak kenal Papi. Percayalah dia bukan orang yang sering keliatan di layar tivi."
Carven mengangkat kedua alis. Tidak percaya ini manusia satu enteng sekali membuka aib bapaknya sendiri. Karena memang Airlangga Narada yang sering diliput media itu, terkenal sangat dermawan dan rendah hati. Carven tidak tahu —dan tidak ingin tahu— bagaimana di balik layarnya.
"Yah, intinya, gue cuma pengen lo tau. Kalo lo liat sikap Justin yang seakan-akan sangat deket sama gue, aslinya nggak kek gitu. Gue bener-bener cuma punya lo di hati gue, nggak akan pernah ada yang lain. Dan gue harap lo juga gitu."
Keduanya terdiam. Tidak sadar bahwa film sudah diputar hampir setengah jalan. Carven mengangguk kecil setelahnya.
"Lo tau sendiri, gue udah mati rasa jauh sebelum ini," ungkapnya pelan seraya menunduk. "Kalo bukan lo yang maksa ngedobrak masuk, gue nggak akan pernah ijinin siapapun tinggal."
Ryuu meraih jemari Carven dan menggenggamnya. "Gue jujur, gue mungkin pernah salah kasih Justin celah. Tapi gue nggak akan ulangin lagi. Gue janji."
"Jangan janjiin sesuatu yang lo nggak tau bakalan bisa lo penuhi apa enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Teen Fiction🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...