Thanks for reading and giving much love for this story. ❤️
🍁
Ryuu menunggu dengan cemas.
Sepuluh menit berdiri di depan pintu rumah Carven. Selama itu pula tak ada jawaban apapun.
Sudah berkali-kali ia mengetuk pintu. Sudah berkali-kali pula ia menelepon dan mengirim chat, tapi tak ada jawaban sama sekali.
Frustasi, pemuda itu sekali lagi mengetuk dan bergumam nelangsa."Pacar ... Maafin gue. Plis jangan ngambek, plis ... Marah aja yang banyak, tapi jangan dikacangin kek gini. Gue bisa mati ... "
Ryuu mengintip lewat kaca di samping pintu. Ruangan di dalam sana tampak rapi dan hening, tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Ah, iya, setelah Sarah meninggal dulu, Ryuu membantu Carven merenovasi rumahnya sedikit. Walau tak banyak yang berubah, sekarang rumah itu jadi tampak lebih baik. Carven yang tidak enakan itu tentu saja menolak ketika Ryuu dengan senang hati menambahkan perabotan ini dan itu. Tapi yang kita semua sudah tahu, kawan, beberapa ratus juta rupiah bukanlah apa-apa jika itu Ryuu habiskan untuk Alexis Carven yang tercinta.
Sudahlah, orang jatuh cinta memang jenis makhluk paling absurd sedunia.Ryuu mengetuk pintu lagi untuk ke sekian kalinya. Ia yakin sekali bocahnya itu pasti marah besar sampai tidak mau membukakan pintu seperti ini.
Padahal baru beberapa hari bertemu kembali setelah berpisah lama.
Ryuu mengutuki dirinya sendiri yang bodoh. Seharusnya ia tidak minum terlalu banyak malam kemarin."Ven ... Tolong buka pintu. Gue kangen banget sama lo ... " Ryuu sampai menempelkan keningnya di pintu. Putus asa sekali.
"Ven ... "
"Apa?"
"Bahkan suara lo aja sampe kedengeran jelas banget saking kangennya gue sama lo."
"Ya iyalah, gue di belakang lo."
Ryuu mengangkat wajah, mendelik kepada pintu yang tak berdosa sebelum memutar badannya dan mendapati sosok yang sudah membuatnya setengah gila itu berdiri di hadapannya. Carven asli, bukan imajinasi.
"Pacar?"
Carven mengangkat alis.
"Kok lo di sini?"
"Lo ngarepnya gue di mana?"
"Maksud gue ... "
Carven tetap berdiri di tempatnya dengan wajah kesal. Bohong kalau Ryuu tidak gentar. Ini terasa seperti simulasi keadaan rumah tangga ketika kau membuat kesalahan dan istrimu marah besar. Persis seperti itu.
"Minggir. Gue mau masuk."
"Gue dimaafin nggak?"
"Emang lo kenapa sampe gue harus maafin?"
Ryuu garuk-garuk kepala. "Ya ... Semalem gue ... "
"Dahlah. Gue harus siap-siap, jam sepuluh ada kuliah."
Ryuu menepi sedikit untuk memberikan jalan. Tetap mengekor ketika Carven masuk rumah dan menaruh belanjaan di counter dapurnya. Ketika pemuda itu kemudian sibuk ini dan itu, Ryuu masih saja diam menatapnya dari balik meja makan.
"Udah sarapan belum? Mau gue masakin?" tawar Carven datar.
"Mau."
"Mau minum dulu? Kopi?"
"Mau."
"Mau kita putus aja?"
"Ma-- heh! Ngomong apaan?"
Carven melayangkan seringai andalannya sembari menaruh secangkir kopi di atas meja di hadapan Ryuu. Tuan Muda itu sedang menatapnya dengan ekspresi ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Teen Fiction🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...