50. Our Promises

7K 591 68
                                    

Selamat puasa buat yang menjalankan.
Pastikan kalian baca dua episode terakhir ini setelah berbuka puasa yaa 🙏


🌙


Our Promises, Walk in Eternity

Ryuu berdiri di ambang dinding kaca ruangannya. Jemarinya mengelus kalimat cantik yang terukir di balik permukaan cincin perak yang tengah ia pegang bersama seulas senyum yang mengembang hangat. Obsidian kelabu itu lantas terangkat untuk memandang hamparan pemandangan kota dalam selimut senja yang cantik.
Matahari bersiap pulang menuju peraduan, dengan sempurna mengakhiri hari ini.

"Carven ... Kita udah janji, kan? Seberapa lama pun waktu berlalu, gue nggak akan pernah tukar janji kita dengan apapun. Gue tau, lo pun juga begitu. Kalau versi terbaik menurut takdir yang lo bilang di bandara waktu itu adalah saat ini, maka gue akan datang. Bukan kita akan ketemu lagi, tapi gue yang akan maksa supaya kita ketemu lagi dan penuhin semua janji yang kita ucapkan dua belas tahun yang lalu."

***

Tujuh tahun yang lalu.

"Carven, jangan tinggalin gue, gue minta maaf." Ryuu merintih. Suaranya bahkan tidak lagi bisa ia keluarkan. Pandangannya buram, tertutup oleh air mata. Tak tampak lagi olehnya sosok kecil yang tadi melangkah bersama koper besar itu. Sudah hilang dari pandangan. Raib ditelan bumi.

"Ryuu!"

Ketika kaki Ryuu rasanya sudah tidak lagi sanggup untuk menopang berat tubuh dan membuatnya jatuh berlutut di atas lantai bandara, Danish dan David berlari-lari menyusul dari kejauhan.

"Ryuu, mana Carven?" David bertanya dengan napas tersengal. Sepertinya berlari untuk sampai ke sini. Sementara pemuda bermata sipit itu hanya menggeleng lemah.

"Nggak ada lagi kesempatan buat gue." Ryuu berujar pelan. "Selesai sudah, Dav. Ini semua salah gue. Gue nggak bisa pertahanin semuanya. Sekarang Carven udah pergi. Gue terlambat, gue bener-bener terlambat."

"Lo bercanda! Ryuu, lo bercanda. Carven pasti nungguin lo, dia nggak mungkin ninggalin lo gitu aja!"

Ryuu kembali menggeleng pelan. Ia bangkit perlahan, menapak langkah-langkah lemah keluar dari bandara. Satu tangannya masih menggenggam cincin yang tadi Carven berikan.

*

Kalo Carven nggak ada, ya terus apa alesan gue terus bertahan dalam hidup ini? Kalo Carven nggak ada, siapa lagi yang bakal gue tunggu, dan gue tuju?
Dan kalo Carven nggak ada, gue nggak mau hidup lagi.

Entitas tampan itu duduk di tepi jalan raya yang ramai. Kepalanya menunduk dalam, memandang sepasang sepatu lusuh yang ia kenakan. Sekian puluh hari berlalu setelah Carven benar-benar pergi meninggalkannya, sekarang Ryuu merasa, sudah waktunya ia berhenti menjadi beban hidup Danish.

Versi terbaik menurut takdir yang lo bilang waktu itu, nggak akan pernah ada, Ven. Nyatanya, versi terbaik hidup gue adalah ketika gue nyadarin untuk pertama kalinya, bahwa gue cinta sama lo. Bahwa lo adalah hal paling indah yang pernah gue miliki dalam hidup gue yang nggak berarti ini. Dan sekarang, versi terbaik itu, jelas udah berlalu.

Ryuu menghela napas. Jemarinya meraba leher, di mana sepasang cincin menggantung di sana sebagai liontin kalung.

Pacar, hiduplah yang baik, ya. Jangan lupa makan. Jangan sampe badan lo yang kecil itu jadi tambah kecil. Kalo nggak di dunia ini, gue masih tetep berharap, kita bisa bersatu lagi di kehidupan yang lain suatu saat nanti.

Promise  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang