Thanks for reading and give star, Yeorobun 🥰
🍀
Carven sedang mengerjakan tugas desain web di kursi taman depan gedung fakultasnya. Atensinya sepenuhnya fokus kepada layar laptop. Mengabaikan David di sampingnya, yang sedang sibuk tebar pesona kepada gadis-gadis adik tingkat, teman kelas Carven.
Ingat, kan? Carven menunda kuliahnya selama satu tahun. Maka sekarang ia berada satu angkatan di bawah teman-teman seumurnya."Lo jarang sama Ryuu?" David bertanya.
"Mmm ... "
"Padahal kan dia belum lama balik dari Inggris. Harusnya waktu-waktu ini kalian lagi mengulang masa-masa indah."
"Mmm?" Carven bergumam dengan nada bertanya tanpa mengalihkan fokusnya sedikitpun.
"Eh, tapi semester lo sekarang emang lagi banyak-banyaknya tugas, sih. Mana bentar lagi evaluasi akhir juga, kan?"
"Mm."
"Lo dengerin gue nggak, sih? Am-em-am-em doang kek unta!"
Akhirnya, Carven berdecak. "Kalo lo masih bisa liat, berarti lo tau sekarang gue lagi apa."
David kicep. Lupa dengan siapa ia berbicara. Makhluk cantik di hadapannya ini bukanlah Tara atau Alba yang kerap diajaknya perang mulut. Sedikit kata, tapi mematikan.
"Lurus banget sih idup lo? Ngebosenin, sekali-kali kek bandel."
"Gue belok, kalo lo lupa."
Baiklah, David kicep lagi. Dua jawaban, double kill.
Bosan berinteraksi sepihak dengan Carven yang seperti patung taman, pemuda manis itu berhenti berceloteh dan kembali tebar pesona, menyapa random pada adik-adik tingkat yang lewat.
Matahari bersinar lembut menembus celah dedaunan pohon angsana yang menaungi taman. Disertai desiran angin sepoi yang sejuk menyapa. Pada saat-saat seperti ini, kampus terasa cozy.
David kemudian mengeluarkan ponselnya seraya berbaring di bangku taman berbantalkan tas ransel. Selama beberapa saat, akhirnya Carven menemukan ketenangan."Ven?"
Ternyata ketenangannya tidak lama.
"Ryuu punya sodara?"
"Kita semua bersaudara, Dav."
David bangkit dari posisi rebahan dan menatap Carven jengkel. "Maksud gue saudara asli, keluarga, kerabat, sanak famili, dan semacam itu, Nyonya Narada. Gua telen juga lo lama-lama!"
"Ya banyak," jawab Carven malas, "bukannya lo lebih tau masalah itu?"
"Tapi gue belum pernah liat sodara dia yang ini."
Yang ini?
Carven akhirnya mengalihkan pandangan dari layar laptopnya untuk mengetahui lebih lanjut apa yang David bicarakan. Benar saja, pemuda itu tengah menatap layar ponselnya dengan alis berkerut.
Menyadari bahwa Carven juga turut menyimak, David menggeser ponselnya agar terlihat.Carven terhenyak. Dia lagi.
"Agak-agak mirip sama lo nggak, sih?" komentar David. Tidak menyadari perubahan raut wajah Carven.
Lagi, akun Insta Ryuu ditandai. Kali ini, bukan foto mangkuk salad seperti yang kemarin. Melainkan foto berdua.
Memang sepertinya latarnya adalah ruang kerja kantor.
Tapi tetap saja, berdua. Sudut pengambilan gambarnya seperti si Justin itu yang memegang kamera.Tunggu-- David tidak mengenali itu siapa? Bukankah Jennet kemarin bilang, pemuda itu adalah seorang artis, kalau tidak salah?
"Lo nggak tau itu siapa?" tanya Carven dengan nada biasa, setelah mengalikan kembali fokusnya ke layar laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Teen Fiction🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...