Yeorobun, saya janji sama diri sendiri, bakalan update kalo readers udah 5k.
Ternyata malem ini udah, dong.
Thanks for reading, you all 🥰🌺
Hari ini, terasa panjang dan melelahkan.
Carven hanya ada dua jam mata kuliah. Namun, selebihnya ia habiskan di kafe yang kebetulan sekali sedang ramai sedari pagi.
Pukul setengah sebelas malam, ia akhirnya bisa mengunci pintu dari luar bersama Aski.
Memang sih, konsep kafe ini lebih ke family caffe. Jadi tidak buka sampai dini hari."Lo nggak dijemput lagi, Kak?" tanya Aski sembari memakai jaketnya. Carven hanya menggeleng seraya mengedikkan dagu ke arah motornya yang diparkir di ujung halaman.
"Serius, yang tadi itu pacar lo? Yang kapan hari marahin gue malem-malem di sini itu?"
"Hm."
"Woah, keren."
"Nggak juga."
"Emm ... " Pemuda yang tidak lebih tinggi dari Carven itu menimbang-nimbang sejenak sebelum bertanya. "Sorry, tapi dari kapan lo ... "
"Dari SMU. Dia yang bikin gue belok."
Baiklah, Aski rasa cukup. Ia bukan jenis manusia yang suka kepo urusan orang. Tak menyangka sebenarnya, Carven bisa menjawab jujur dengan sangat enteng.
"Well, your life is yours. Ya udah, gue balik duluan. Gue juga bawa motor tuh."
Carven hanya membalas dengan lambaian tangan. Mengawasi teman kerjanya yang perlahan meninggalkan halaman kafe bersama motor birunya.
Meninggalkan dirinya sendirian.Menghela napas, lelah. Carven merosot, mendudukkan diri di lantai berundak depan pintu. Suasana gelap karena sebagian besar lampu sudah dimatikan, membuatnya nyaman. Menikmati lelahnya kemudian, ia diam terpekur memandangi lalu lalang kendaraan di jalan raya sana.
Pikirannya mengawang dalam diam, dan tak pelak ia teringat ... Justin.
Pertemuan tak terduga tadi sungguh meninggalkan impact yang nyata dalam harinya.Entah sejak kapan Carven jadi sedemikian peduli dengan orang-orang yang dekat dengan Ryuu, tapi mau tak mau, ia jadi membandingkan Justin dengan dirinya sendiri.
Pemuda berlesung pipit itu benar-benar seperti matahari. Semua yang berada di dekatnya akan turut mendapatkan sinar hangat. Ceria dan penuh daya hidup.
Apalah Carven, yang menyapa orang lain saja tidak mampu.Baiklah, baiklah, Ryuu bilang Justin hanya teman masa kecilnya yang baru saja bertemu lagi setelah sekian lama berpisah.
Tapi haruskah sedekat itu?Sekali lagi, menarik napas dengan gusar. Carven rasa harinya seperti monokrom. Mungkin besok ia perlu berdiam diri di rumah seharian penuh. Self-recharge, seperti dulu yang sering ia lakukan ketika mendiang mamanya masih ada. Mengurung diri dalam kamar gelap.
***
Ryuu menarik napas panjang, gelisah. Menatap layar ponselnya yang tengah menampilkan chat dari David. Ia menanyakan keadaan Carven tadi, tapi David bilang bocahnya itu tidak masuk kuliah.
Jawaban yang sama saat ia juga menanyakan kepada Bang Tria. Carven katanya Ijin tidak masuk kerja.
Dari semalam ponsel pemuda itu tidak bisa dihubungi.
Sementara itu meeting evaluasi bulanan masih berlangsung dan Ryuu belum bisa meninggalkan tempat untuk mencari keberadaan bocah tersayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Novela Juvenil🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...