5. Kebahagiaan Kecil

7K 741 29
                                    






🍒




Hari sudah malam. Sekitar jam setengah sembilan, ketika Carven sendirian di kafe. Bang Tria sudah pulang duluan karena tidak banyak pengunjung yang datang sebab ini bukan weekend. Hanya beberapa pemuda sebayanya yang masih menikmati malam sembari bercengkerama bersama secangkir americano atau latte. Biasanya, weekday seperti ini, Carven akan menutup kafenya sekitar jam sepuluh malam nanti.

Namun, satu orang di meja sudut sana berhasil membuat Carven paranoid. Tidak bisa dibilang pemuda, mungkin laki-laki itu berusia pertengahan empat puluhan. Dengan penampilan rapi berwibawa, high class. Sudah nyaris dua jam, duduk sendirian berteman gelas-gelas kopi yang sudah terkumpul tiga buah. Yang menakutkan, orang itu terus saja mencuri-curi pandang ke arah Carven.
Yang lebih menakutkan lagi, sepertinya ini bukan yang pertama. Carven yakin orang ini pernah berkunjung sebelumnya.
Memori tentang Alex membuat Carven menyimpan trauma lain kepada laki-laki setengah baya.

Menyerah mengabaikan rasa was-wasnya, Carven mengambil ponsel untuk menelepon Ryuu. Yang langsung dijawab pada dering pertama.

"Hello, Kitty?"

"Ryuu?" Carven terlalu tegang untuk menanggapi candaan yang tidak lucu itu.

"Yes?"

"Lagi apa?"

"Ditelpon Pacar."

"Selain itu?"

"Bernapas."

"Serius, kampret!"

Di seberang sana, tawa merdunya terdengar membahana. "Barusan pulang, tadi disandera Mami di rumah temennya. What's up, Pacar? Merindukanku, eh?"

"Ke kafe sekarang, Ryuu."

Ryuu cukup peka untuk menangkap nada gelisah dalam suara Carven. Lagipula, Pacarnya itu tidak pernah memintanya datang tanpa tujuan penting.

"On the way sepuluh menit, Baby." Kemudian menutup telepon tanpa bertanya apapun. Tanpa bertanya juga Ryuu tahu Carven sedang membutuhkannya. Maka pemuda tampan itu segera melesat pergi lagi bersama Pinky.

For your information, Pinky adalah sebuah Hyundai Palisade, SUV gagah perkasa berwarna navy yang dibeli Ryuu dengan tabungan hasil iseng-iseng belajar trading forex selama kuliah di negeri orang, ditambah hasil menjual Blacky yang dulu.

Mengapa mobil warna biru tapi dinamakan Pinky? Ya suka-suka Ryuu, mau dia namakan Pororo juga tak masalah, kan?

Benar-benar hanya sepuluh menit, mobil Ryuu berbelok memasuki parkiran kafe yang sepi. Sudah ia tebak, tak ada Brio kuning milik Bang Tria. Berarti Carven sedang sendirian.

Suara gemerincing lonceng ketika pintu terbuka menyita perhatian beberapa pengunjung termasuk Carven yang sedang tafakur di balik counter. Pemuda itu seketika menghela napas lega.

"Sekangen itukah sama gue, Baby?" sapa Ryuu tak tahu malu seraya menarik sebuah kursi di depan meja bar.

Carven melirik lagi ke arah meja sudut, di mana penghuninya sekarang malah terang-terangan menatapnya.
Ryuu, dengan peka mengikuti arah pandang Carven barusan. Seketika aura panas memenuhi kepalanya. Itulah alasan Carven memintanya datang mendadak.

"Perlu gue bikin perhitungan sekarang?" ujarnya dengan nada rendah yang penuh ancaman.

"Apa? Eh, enggak!" Carven kaget sekali, bahkan tanpa penjelasan Ryuu tahu apa yang membuat kekasih hatinya merasa tidak nyaman.

Promise  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang