34. In Your Arms

4.1K 532 40
                                    

Kangen kah sama momen Carven sama Ryuu yang ribut tapi clingy? Saya aja kangen loh 😊

🌙


"Pacar, lo kenapa sih?"

Ryuu melambaikan tangan di depan muka Carven. Membuat yang bersangkutan terkesiap dan mengalihkan atensi kembali.

"Hm?"

"Lo kenapa, ih? Mikirin apa sampe ngelamun gitu? Mikirin siapa? Ngomong, nggak, mikirin siapa?"

"David."

"Bangke!"

Carven mendengus pelan. Memandang pacarnya yang sedang melotot penuh dendam, padahal kedua kelopak sipit itu tidak kompatibel untuk melotot.

"Ngomong sekali lagi lo mikirin si buruk rupa itu, gue sambit pala lo biar nggak punya pikiran sekalian!"

"Berani?"

"Ya nggak lah, Ven. Orang gue sayang banget sama lo. Jangankan nyambit, nyubit aja gue masih mikir-mikir."

"Bullshit! Lo sering sakitin gue, gitu."

"Ya kalo sakit yang itu mah, emang udah kewajiban gue sebagai seme –auww!" Ryuu menjerit ketika Carven mencubit pahanya keras-keras. Nanti pasti menjadi bekas keunguan di sana. "Jangan nyubit dong, kampret! Cubitan lo sakit banget, tau!"

Carven tertawa tapi dengan wajah ketus. Ia beralih dari Ryuu dan kembali menghadapi mug berisi gellato rasa vanilla di depannya. Menyendok sedikit, dan membenamkan ke dalam mulut. Mereka berdua sedang kencan, omong-omong. Duduk lesehan berdua di kafe yang menyajikan berbagai varian es krim. Tidak inovatif memang, setiap hari kerja di kafe, kencan pun masih ke kafe pula. Ryuu sebenarnya mau kencan ke pantai, tapi takut khilaf dan membuat Carven tidak bisa berjalan seperti dulu itu. 
Jadi, berakhirlah mereka di sana. Malam-malam makan es krim.

"Abis ini mau ke mana, Pacar?" tanya Ryuu kemudian.

"Pulang."

"Ah, lo mah gitu, nggak asik. Jarang bisa kencan sama gue juga. Sekalinya kencan masa cuma makan es terus pulang. Berasa date sama anak SD gue."

Carven menanggapi dengan tawa gemas tanpa suara. Ih, Carven gemas? Tumben.

"Pulang ke rumah masa depan kita aja, yuk."

"Kuburan?"

"Bego!" Ryuu menyentil kening Carven, tapi setelahnya mengecup bekas sentilannya tadi. "Rumah Edelweiss. Lama loh kita nggak ke sana. Yuk Pacar, yuk."

"Lo yang sibuk terus sampe nggak pernah ajak gue ke sana. Tiap hari meeting sama Justin."

"Heh!" Ryuu kembali melotot, "jangan ada nama lain kalo kita lagi pacaran, ya. Lo mau bikin gue emosi?"

"Justin, David, Justin, David."

"Monyet emang lo! Bisa-bisanya spek ngeselin kek gini bikin gue bucin akut."

"Your problem." Carven mengangkat bahu cuek dan kembali menjilat sendoknya yang penuh es krim. Enak sekali, ngomong-ngomong. Kapan ya terakhir kali ia makan es krim?

"Enak?" tanya Ryuu sembari mengawasi bocahnya itu lekat-lekat. Jarang sekali ia melihat Carven menikmati makanan.

"Hem."

"Sama punya gue enakan mana —auuw!" Ryuu kembali menjerit kala jemari Carven mendarat dengan cubitan keras di paha yang satunya. "Kekerasan dalam rumah tangga, anjir!"

Carven tidak peduli. Setengahnya sudah terbiasa dengan mulut kotor pacar gantengnya itu. Ia melanjutkan kegiatannya menghabiskan sisa es krim di dalam mug sampai tandas tak tersisa.

Promise  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang