Akhirnya, bisa update juga.
Terimakasih kalian masih nungguin, ya 😭☘️
David melangkah dengan tergesa. Menghampiri sahabat bulenya yang tengah duduk berdua dengan sang kekasih hati di taman kampus. Ketika telah dekat, tanpa basa-basi, salam pembukaan atau apapun, ia bertanya,
"Dan, Ryuu mana?"
Danish yang tak menyangka dengan kunjungan dadakan itu sontak mengangkat alis dan memandang tak mengerti.
"Ryuu siapa?"
"Ada berapa temen lo yang namanya Ryuu, anjir? Lo kebanyakan pacaran lama-lama jadi bego, ih."
"Lo yang bego," timpal Danish sewot, "emang gue pikirin Ryuu di mana. Dia siapa gue, dih?"
David berdecak sebal karenanya. Pemuda itu meraih ponsel di saku celana dan mulai menghubungi Ryuu kembali. Tapi tetap saja, hanya suara operator yang menjawab ; nomor yang anda tuju, sedang bla ... bla ...
Jengkel sekali, ia menekan layar benda pipih di tangannya dengan kekuatan berlebihan."What's going on?" Danish kembali memandang heran. "Ada masalah apa sih lo sama itu hape?"
"Masalah gue sama si Jepang kampret ini, tau!"
"Lo kalo cuma mau gangguin gue pacaran, mending menyingkir aja yang jauh, Dav. Idup gue surem liat muka buluk lo." Jennet menambahkan. Gadis itu kibaskan rambut panjangnya dengan angkuh sekali seakan dirinya adalah penguasa bumi ini. Tapi memang cocok sekali, sih. Jennet kan benar-benar secantik Olivia Rodrigo.
"Lo nggak ketemu Ryuu sama sekali dalam dua puluh empat jam terakhir, Dan?" David bertanya lagi.
"Terakhir sama dia dua hari yang lalu, sih. Dia mabok parah sampe gue mikir mau lempar ke jalan aja. Tapi nggak jadi, kasian. Lagian dia yang traktir."
"KAMU MABOK?"
Nah, David segera menyingkir setelah Jennet berteriak maksimal dan tercium bau-bau konflik rumah tangga. Lagipula, tak ada info yang bisa diperolehnya dari pemuda bule yang agak-agak itu. Menghela napas lelah, David melangkah pelan menuju mobil putihnya di parkiran kampus. Sama sekali tidak peduli dengan kuliah yang sebentar lagi mulai.
Mungkin David harus ke kafe saja. Barangkali Ryuu sudah ke sana. Mungkin mencari pacarnya yang tidak bisa ia temukan karena tak tahu berada di mana. Bisa jadi."Kalo gue nggak cinta sama Carven, mana sudi gue repot-repot nyariin si Jepang sialan itu. Bodo amet dia mau mampus, kek," sungut si pemuda David dengan kesal. Tengah hari yang panas menggelegak berada di dalam mobil di atas jalanan yang stuck nyaris tak bergerak begini.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan?Setelah menempuh waktu dua kali lebih lama dari seharusnya, mobil David akhirnya berbelok ke pelataran kafe yang tidak terlalu ramai. Arah pandang pemuda itu otomatis tertuju kepada sebuah mobil berwarna navy yang sudah lebih dari familiar. Ia bergegas mengayun langkah lebih cepat, mengabaikan gemerincing lonceng di pintu masuk, dan menerabas menuju bar di mana seorang bos muda tampan yang mengenakan setelan jas hitam dan kemeja putih, tengah berdiri dengan resah di sana.
Ia menyadari kehadiran David, dan buru-buru membalikkan tubuh."Dav–"
"Lo kemana aja, njing?"
Suara David menggeram dalam nada rendah. Ia rapatkan tubuh, mendekat ke arah Ryuu karena tidak ingin pelanggan yang lain mendengar pertikaian yang mungkin akan ia ciptakan.
"Heh! Lo–"
"Jelasin sama gue, lo ke mana aja dari kemarin. Usahain penjelasan lo masuk akal atau kalo nggak, gue hancurin muka songong lo itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [END]
Teen Fiction🔞 Drama hidup Alexis Carven yang seperti labirin dan berlangsung selama tujuh belas tahun, akhirnya memang sudah usai. Dengan Ryuu, Carven berjanji akan terus bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kepada Carven, Ryuu berjanji tidak akan pernah...