Chapter 02: Permintaan Aryan

4.4K 496 7
                                    

Secara tiba-tiba Mahisa Aryan datang menemui Gandawarman di istana, yang langsung menyambutnya dengan pandangan bingung. Begitupun dengan ekspresi istrinya yang bergelar Sri Maharani Jayasuwardhani.

"Ada apa, Aryan?" Gandawarman lalu bertanya.

Mahisa Aryan berlutut di hadapannya. Menundukkan kepala. "Maaf jika kedatangan saya mengganggu Prabu. Namun, ada yang ingin saya sampaikan dengan segera."

"Katakan, apa itu?"

"Saya ingin melepaskan jabatan saya sebagai Mahapatih."

Bagaikan tersambar petir di siang hari. Ungkapan itu membuat seisi istana terpaku. Baik itu, Gandawarman, Adiratna dan Mpu Wira-seorang Biksu-yang kebetulan berada di sana.

"A-ada apa, Aryan? Kenapa tiba-tiba sekali? Setelah kemenanganmu melawan Angkasura, kenapa-?" Saking terkejutnya Gandawarman sampai tak sanggup melanjutkan ucapannya. Kehilangan Mahisa Aryan sebagai pemimpin prajuritnya, sama dengan menggali kehancurannya sendiri.

"Itu tidak mungkin, Aryan." Sebagai Mahamantri, Mpu Wira tak bisa untuk tidak ikut campur. "Alangkah baiknya sebelum mengambil keputusan, pikirkan terlebih dahulu dengan sangat matang."

"Saya sudah memikirkannya, Mpu."

"Lantas apa alasannya?" tanya Mpu Wira.

"Sepertinya mata saya mulai rabun. Saat malam hari, saya hampir tidak dapat melihat. Keberadaan musuh jadi tidak terlalu jelas. Saya takut ini akan mendatangkan malapetaka. Mohon maafkan ketidakberdayaan saya." Mahisa Aryan semakin menunduk dalam.

Kalau boleh jujur, ia masih sangat ingin mengabdi kepada kerajaan. Tentu saja sebagai Mahapatih. Tapi jika kesehatannya sudah memburuk, percuma jika memaksakan diri.

Karena cepat atau lambat, itu akan mendatangkan kehancuran.

"Tapi kami tidak bisa kehilangan dirimu, Aryan." Adiratna angkat bicara, mengungkapkan kecemasannya. "Tidak ada sosok yang lebih pantas menjadi Mahapatih selain dirimu."

"Itu benar, Aryan." Gandawarman menimpali. Menghela napas berat. "Setidaknya sampai hari ini, belum ada yang pantas untuk menggantikanmu."

"Prabu sudah menemukannya," balas Mahisa Aryan mendatangkan tanda tanya.

"Siapa orang itu?"

"Pengawal pribadi Ndoro Nimas, Ayu Shita."

Sekali lagi, semua orang di dalam istana dibuat terkejut. "Itu tidak mungkin, Aryan. Dia perempuan." Gandawarman menyangkal.

"Tetapi, Prabu, saya sudah melihatnya sendiri. Kesaktian Ayu Shita tidak dapat dipandang remeh." Mahisa Aryan memberi pembelaan.

Ia sendiri yang melatihnya. Ia juga menyaksikan bagaimana pertarungan Ayu Shita selama ini. "Wanita itu lebih tangguh dari seorang pria. Juga lebih perkasa dari prajurit biasa. Selama melihatnya bertarung, saya tersihir, seolah sedang melihat Dewi Srikandi."

Gandawarman tentu mendengar desas-desus mengenai kesaktian pengawal pribadi anaknya yang tersebar ke penjuru kerajaan. Tapi ia tidak mempercayai rumor atau mitos apapun jika tidak melihatnya langsung. Sampai pada akhirnya Mahisa Aryan mengatakannya.

Bahwasannya Ayu Shita tak kalah hebatnya seperti Srikandi?

Benarkah itu?

Tidakkah terlalu berlebihan?

Bahkan Mahapatih-nya sendiri mengakui kesaktian wanita itu.

"Bagaimana dengan putramu, Aryan?" tanya Gandawarman menyinggung putra tunggal Mahisa Aryan, yakni Mahisa Aditya.

Kekasih Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang