Chapter 36: Pengkhianatan Shita

2.2K 298 53
                                    

Ayu Shita terbangun tanpa keberadaan Dyah Nimas di sampingnya. Melihat kekasihnya menghilang, dia buru-buru keluar dengan perasaan cemas. Tapi begitu sudah berada di luar, kekhawatirannya seketika sirna karena ternyata perempuan yang dicari sedang menyuapi kuda mereka dengan buah-buahan membuatnya menghela napas lega.

Mengetahui kekasihnya telah bangun, Dyah Nimas bergegas menghampiri untuk menanyakan keadaannya. “Kamu tidak apa-apa?” Sambil memegang lengannya, Dyah Nimas bertanya cemas.

Ayu Shita tersenyum. “Saya baik-baik saja.” Seharusnya dialah yang bertanya seperti itu. Semalam keadaan Dyah Nimas benar-benar kacau, tapi pagi ini dia terlihat ceria seperti biasanya. Memberi makan kuda sambil tersenyum, seolah sedang tidak terjadi apa-apa. Mungkin saja Rsi memanipulasi perasannya agar tidak terlalu takut, pikirnya.

Mengingat orang—sosok—tersebut benar-benar sakti. Pasti mudah baginya untuk melakukannya.

Tangan kanan Ayu Shita terangkat, memegang pipi kiri Dyah Nimas membuat perempuan itu tersipu. “Dek Ayu sendiri apakah baik-baik saja? Bagaimana perasaannya sekarang?”

Teringat lagi akan nasib keluarganya yang berada diambang kematian, cahaya di kedua kata Dyah Nimas meredup. Tatapannya berubah sendu. Namun dia mengangguk kecil, berusaha tersenyum tegar. Menggenggam tangan Ayu Shita yang ada di pipinya, dia menjawab, “Melihatmu sangat membuatku lega. Aku pikir aku akan baik-baik.”

Ayu Shita balas tersenyum hangat dan memeluknya. Dia harus kuat karena sekarang Dyah Nimas hanya memiliki dirinya sebagai pelindung. Sebagai Mahapatih, apapun yang terjadi dia harus bisa melindungi Sang Putri Mahkota. Tapi bagaimana kalau dia gagal?

Memikirkannya membuat jantungnya berdegup kencang. Dyah Nimas yang juga memeluknya, semakin mempererat pelukannya karena mendengarnya. Dia tahu tanggungjawab Ayu Shita sangatlah berat. Namun dia juga percaya wanita itu akan selalu melakukan yang terbaik. Dirinya yakin tidak akan kecewa.

“Lukamu masih sakit?”

Pertanyaan Dyah Nimas membuat Ayu Shita tersadar.

Dia melonggarkan pelukannya untuk melihat telapak tangan kirinya. Bersih tanpa luka seperti kejadian semalam hanyalah mimpi buruknya. Padahal dengan sadar dia menyayat tangannya sampai mengeluarkan banyak darah. Mengerang frustasi, baru kali ini dirinya dibuat linglung.

Tiba-tiba muncul dan menghilang, semua berjalan cepat sekali sampai Ayu Shita kesulitan mencerna apakah kejadian di sekitarnya benar-benar nyata.

Lama-kelamaan hal-hal mistis bisa membuatnya gila.

“Ada apa?” Dyah Nimas lagi-lagi menatapnya cemas.

Ayu Shita menggeleng. “Tidak ada apa-apa,” jawabnya. “Bagaimana tidur Dek Ayu semalam?”

“Nyenyak.” Dyah Nimas tersenyum.

Artinya Dyah Nimas sama sekali tidak mendengar teriakannya. Rsi benar-benar telah memanipulasinya.

Tiba-tiba matanya tertuju pada keranjang buah di dekat kaki kuda. “Dari mana semua buah itu?”

“Rsi yang memberikannya.” Dyah Nimas berbalik, lanjut memberi makan kuda kemudian tersenyum masam kepada Ayu Shita. “Aku tidak mengenakan perhiasan sama sekali, jadi tidak ada yang bisa dijual,” lanjutnya.

“Sama.”

Ayu Shita mendekat, Dyah Nimas menyerahkan buah kepadanya yang langsung dimakan setelah berdoa. Sudah dia duga kalau kekasihnya juga bisa melihat Rsi dan berkomunikasi dengannya. Bukan sesuatu yang mengherankan mengingat Rsi merupakan sosok roh yang berakhir moksa.

Dia bisa memperlihatkan wujudnya kepada siapa saja.

Tapi ngomong-ngomong di mana Rsi? Kenapa sosoknya tidak terlihat di manapun.

Kekasih Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang