Ekstra Chapter 41 - Ratu Shita

2.1K 220 11
                                    

“Maaf mengganggu, Maharaja, saya baru saja mendapat kabar kalau Maharatu Shita akan melakukan hukuman mati.”

“Lagi?” tanya Maharaja Rakai antara terkejut dan tidak karena ini bukan pertama kalinya Ayu Shita menghukum orang lain seberat itu.

Aksa mengangguk singkat. “Iya, Maharaja.”

“Kapan eksekusinya dilakukan?”

“Tiga hari lagi.”

“Kasusnya?”

“Pencurian.”

Maharaja Rakai menghela napas panjang di balik meja kerjanya. “Beritahu Nimas soal ini.”

“Baik, Maharaja.”

***

Mata coklat itu menatap tajam bak seekor harimau. Membuat mangsanya meringkuk ketakutan dengan tubuh gemetar. Angin kencang menerpa selendang hijaunya dan membuat rambut panjangnya berkibar indah. Kedua anting mewahnya yang terbuat dari emas juga turut bergerak mengikuti arah angin.

Ini bukan yang pertama kali, tapi mengapa jantung Ayu Shita masih berdebar setiap melakukannya. Kemana perginya prinsip naifnya yang dulu, yang membuatnya dihina habis-habisan oleh Mahisa Aditya.

Tidak benar. Prinsip itu masih ada. Namun sudah jauh terkubur di dasar hatinya. Rasa iba masih akan muncul menggores rasa kemanusiaannya setelah dia melakukannya.

Tapi ... jika ingin kerajaannya aman, bukankah dia harus menjadi pemimpin yang tegas? Cenderung kejam agar masyarakatnya tidak berani melakukan kudeta seperti apa yang terjadi sebelumnya.

Maka dari itu dia tidak boleh selembut Gandawarman.

“Lakukan.”

Taka memposisikan pedangnya tepat di leher seorang pria yang kaki dan tangannya diborgol kayu. Sedangkan Panca memegang kepala tahanan itu agar tetap menunduk. Dilakukan di lapangan terbuka dan disaksikan oleh banyak orang, pria itu akan menjadi bukti dari kekejaman sang Ratu Kertasena tersebut.

Tetapi beruntungnya, secara tiba-tiba, Dyah Nimas—yang tak lain adalah cucu dari raja pertama—datang menaiki kereta kuda bersama Aksa. Menerobos kerumunan.

“Hentikan eksekusinya! Bawa dia kembali ke penjara!”

Napas Dyah Nimas terengah-engah akibat berjalan cepat dengan perut besar. Mata Ayu Shita sempat membulat, tapi kemudian kembali tajam setelah mendengar permintaannya.

Tak seorangpun dari pelaku eksekusi yang bergerak dari tempatnya. Panca dan Taka tetap bergeming sambil menunggu perintah Ayu Shita lagi.

Dyah Nimas terhenyak melihat ketidakpatuhan mereka. Padahal dirinya adalah putri sulung raja yang sebelumnya. Cucu dari sang pendiri kerajaan. Kenapa ucapannya sama sekali tidak digubris.

“Kenapa kalian tidak mendengarkannku?! Hentikan eksekusinya dan bawa dia kembali ke penjara!” pekiknya marah. Lebih ditujukan kepada Ayu Shita.

Terjadi perlawanan. Ayu Shita menghela napas. “Berhenti,” ujarnya dengan suara rendah kepada Panca dan Taka. “Masukkan dia kembali ke penjara.”

Barulah mereka menurut.

Panca menganggukkan kepala, lalu berdiri tegak menghadap semua orang di sana. “Eksekusi dibatalkan!”

Teriakannya semakin membuat Dyah Nimas geram. Kedua tangannya mengepal erat menatap Ayu Shita yang balik menatapnya dengan wajah datar.

Baca selengkapnya di KaryaKarsa atau klik link di bio :)

Kekasih Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang