Chapter 11: Kegelisahan

2.5K 319 12
                                    

“Oh, aku baru tahu kalau toilet udah pindah tempat.”

Kedua ujung bibir Ayu Shita terangkat melihat keberadaan Dyah Nimas sudah berada di hadapannya, begitu dirinya keluar dari peristirahatan para penari.

“Dek Ayu juga menyadarinya?” Iapun berjalan mendekat.

“Menyadari perselingkuhanmu?” tuduh Dyah Nimas sengit.

“Untuk apa saya melakukannya?” Ayu Shita berusaha memegang tangannya tapi oleh Dyah Nimas langsung ditepis kasar.

“Saya sudah sering mendengar rumor yang mengatakan, bahwa banyak penari memakai pemikat.”

Lebih baik Ayu Shita segera menjelaskan maksudnya sebelum Dyah Nimas semakin marah kepadanya.

“Dan ternyata memang benar. Ada satu penari yang terbukti memakainya.”

Siapa lagi kalau bukan Cahya Ningrum. Wanita mungil yang begitu bercahaya di matanya.

“Sungguh?” Dyah Nimas tampak tak percaya. Mendengarkan hal irasional seperti itu. Jangan-jangan cuma alibi.

“Saya datang ke sini untuk memastikannya sendiri. Dan begitu saya melihat orang itu, memang benar, saya merasakan ketertarikan yang luar biasa.”

Dyah Nimas langsung mendengus kesal.

Ayu Shita tertawa sejenak melihat respon yang diberikan. “Namun itu jelas sesuatu yang tidak normal. Butuh waktu lama untuk saya benar-benar sadar bahwa saya mencintai Dek Ayu.”

Dyah Nimas melengos. Jangan lagi. Ayu Shita mulai merayunya.

“Tapi saat bertemu dengannya, hanya butuh sekali tatapan mata untuk saya rela memberikan apa saja untuknya.”

“Selain untuk memastikannya, apa tujuanmu yang lain datang ke sini?” Masih dengan tatapan tak suka, Dyah Nimas menatapnya.

“Saya hanya mengikuti alurnya. Membuktikan kalau dia berhasil memikat saja.” Tidak ada yang bisa membohongi kepekaan seorang Ayu Shita.

Lebih baik ia tidak menceritakan perihal tiga koin emas itu. Karena percayalah, Dyah Nimas pasti akan murka karena kepingan koin emas miliknya adalah gaji yang diberikan oleh Maharaja—ayahnya.

Wanita itu tidak akan rela jika jerih payah ayahnya diberikan kepada seorang selingkuhan. Ya, meskipun tuduhan itu tidaklah benar.

Ayu Shita tidak akan pernah bisa berpaling dari Dewi-nya.

“Hanya itu?”

“Iya,” jawab Ayu Shita. “Sejujurnya orang seperti dia itu kasihan. Mereka membutuhkan uang lebih, entah untuk apa, sampai berani bersekutu dengan begundalnya Durga Ranini.”

“Tidak akan selingkuh dengannya?”

“Tidak akan pernah.” Ayu Shita tersenyum geli. Mengusap lembut pipi Dyah Nimas dengan ibu jarinya. Masih saja menunduhnya seperti itu. “Saya akan mati tersiksa jika melakukannya.”

Wajah Dyah Nimas langsung tersipu. Tiba-tiba kepalanya terasa pening seolah dihantam palu besar. Berat.

Ayu Shita memperhatikan kerutan penuh kesakitan di wajahnya. “Dek Ayu tidak apa-apa?”

Dyah Nimas menggeleng pelan. Hendak terhuyung ke depan. Dengan cepat Ayu Shita menangkapnya, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Tungkai kakinya terasa lemas. Kepalanya yang kian terasa berat semakin membuatnya tidak berdaya.

“Dek Ayu baik-baik saja? Jangan-jangan tadi minum arak kebanyakan, ya?”

Ah, itu benar.

Rasa kesalnya kepada Ayu Shita akhirnya ia lampiaskan kepada minuman keras. Entah sudah meneguk berapa gelas.

Kekasih Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang