3. Perdebatan Pagi Hari

1.7K 176 6
                                    

💫🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫🌟

Niskala terbangun saat Adzan Subuh berkumandang. Ia bangkit dari tidurnya, ia mengucek kedua matanya. Dengan keadaaan masih setengah tertidur, ia memilih untuk pergi ke kamar mandi. Niskala mengambil air wudhu, lalu melaksanakan salat subuh di kamarnya.

Ia kembali ke kamar mandi setelah melaksanakan salat. Saat itu ia kebagian mandi pertama, karena Narendra tidak berangkat pagi, dan Nala masih belum keluar dari kamarnya. Pagi itu suara-suara kegiatan dari arah dapur sudah terdengar. Suara papa yang sedang memanaskan mobil di luar juga sudah terdengar.

Setelah selesai mandi. Ia memutar musik di kamarnya, ia masih memakai handuk yang dililit dari pinggang ke paha. Ia lalu menjentikkan jarinya mengikuti alunan musik. Niskala mengambil seragam sekolahnya yang tergantung di dalam lemari, ia lalu memakai seragam batiknya juga celana abu-abu sekolah. Tak lupa, ia menyisir rambutnya yang hitam dan tebal itu. Rambut cantik memang sudah menjadi ciri khas Niskala sejak kecil. Dulu ketika ia harus kehilangan rambutnya saat menjalani kemoterapi, ia terlihat sedih dan menanyakan kepada mama kapan rambutnya kembali. Niskala lalu menatap cermin, ia memuji dirinya sendiri yang terlihat sangat tampan.

Niskala lalu mengambil tas sekolahnya, sebelumnya ia sudah memasukkan buku-buku yang harus dibawa hari ini. Saat ia keluar dari kamar, Niskala berpapasan dengan abangnya yang baru saja bangun. Penampilan abangnya sangat berantakan, kacamatanya miring, rambutnya seperti habis diterjang angin kencang, dengan kedua mata yang masih belum terbuka sepenuhnya.

"Bang diem dulu di situ, jangan bergerak!" Ucap Niskala sembari mengeluarkan handphonenya.

Narendra menggaruk-garuk tengkuknya sambil mengeluh dengan suara parau. "Apa sih, Nis?"

Niskala tertawa saat ia mengambil foto abangnya dengan tampilan berantakan. Narendra yang tidak perduli akan hal itu, hanya membiarkan adiknya mengambil foto dirinya yang berantakan. Niskala senyum-senyum sendiri saat ia menuruni tangga, penampakan abangnya di foto itu sangat cocok untuk dijadikan story WhatsApp.

Saat itu di meja makan sudah ada Mama, Papa, juga Nala. Niskala juga Narendra yang berjalan menyusul di belakang, langsung menarik kursinya masing-masing. Mereka duduk bersebelahan, yang duduk dekat Papa saat itu adalah Narendra. Dihadapan Narendra ada Mama, sedangkan Niskala dan Nala saling berhadapan.

Sudah tak aneh jika Niskala Jingga Yudhistira atau yang lebih akrab disapa Niji oleh teman-temannya, mengambil porsi sarapan yang paling sedikit diantara anggota keluarganya yang lain. Ia tidak begitu suka makan. Jika tidak diingatkan untuk makan, ia tidak akan makan sama sekali.

"Tambah sedikit lagi makannya, Nis," ucap Mama hendak mengambil lauk yang lain untuk Niskala.

Niskala menggeleng setelah menyuap. "Enggak, Ma, segini aja cukup."

"Niskala!" Ujar Papa seraya menatap ke arah Niskala.

Saat itu Niskala sedang mengaduk-aduk makanannya. Ia terlihat tidak selera untuk makan. Saat Papanya memanggil, Niskala menoleh dengan ekspresi kebingungan.

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang