30. Suatu Malam di Rumah Sakit

1K 93 13
                                    

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆


"Cil, nanti malam bawain gua buku ya, buku catatan gua yang warna coklat." Ucap Niskala di sela-sela percakapannya dengan Nala di telpon. Ia berbicara pelan sekali, supaya Mama yang sedang duduk di sofa tidak mendengar permintaannya.

Setelah menerima jawaban dari Nala, ia pun akhirnya menutup telpon itu. Ia lega karena adiknya mau membawakan buku pelajarannya. Niskala lalu menaruh handphone-nya ke atas nakas. Mama yang sedang duduk sofa lalu menatap ke arahnya.

"Minta dibawain buku ya sama adek? Kedengaran sama mama tadi." Ucap Mama pelan.

Niskala lalu tersenyum kecil. "Iya, Ma. Gapapa ya, Ma."

Mama mengangguk. "Gapapa, asal jangan lupa waktu. Belajarnya jangan lama-lama, kamu harus istirahat yang banyak supaya cepat keluar dari sini."

Niskala lalu mengangguk kecil. Ia ingin cepat-cepat keluar dari sini, sudah 2 hari ia berbaring di ranjang ini. Bosan. Ia tidak keluar dari kamar ini-tidak boleh lebih tepatnya. Kondisinya masih belum stabil, kadang naik kadang juga turun. Tadi malam contohnya, badannya tiba-tiba demam.

Ia sekarang sedang menunggu Narendra dan Nala yang katanya malam ini ingin berkunjung. Mereka berdua tidak pernah menginap, bukan karena tidak mau, tapi tidak boleh oleh Mama dan Papa. Mereka berdua punya kesibukan, Narendra yang sibuk mengerjakan tugas dan Nala yang juga sedang belajar untuk persiapan US bulan depan.

Bagaimana dengan teman-temannya dan juga Ayara? Mereka berencana untuk datang besok saat libur di hari Sabtu. Niskala bingung untuk besok, ia harus menutupi wajahnya dengan apa, atau ia harus memakai riasan agar wajahnya tidak terlihat seram, ia kebingungan. Ia tidak mau tampil dengan keadaan kacau seperti ini di depan Ayara, ia malu.

Malamnya, selepas Maghrib Narendra dan Nala datang. Narendra membawa sekotak kue berbentuk donat tapi itu adalah sebuah bolu. Ia membawanya untuk Mama dan Papa yang telah menemani Niskala selama di sini. Nala membawa apa yang diminta oleh Niskala, ia lalu menyodorkan buku catatan coklat itu pada Niskala.

"Makasih ya, Cil. Nanti gua beliin sesuatu buat lu dah." Kata Niskala sambil tersenyum. Ia senang sekali, karena akhirnya ia bisa belajar walaupun tidak boleh lama-lama.

Nala duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang pasien. Ia menggeleng kecil. "Gak perlu, Nala cuma mau abang pulang ke rumah."

Niskala menaikkan sudut bibirnya. "Iya sabar. Gua juga pengen pulang, bosan di sini. Apalagi gak ada lu, gak ada yang cerewet."

"Tangannya sakit gak, Bang?" Tanya Nala sembari menunjuk lengan Niskala yang tertancap jarum infus.

Niskala menggeleng. "Enggak kok, biasa saja. Cuma karena ini ada sedikit bengkak, jadi agak nyeri."

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang