7. Bengbeng

1.1K 119 3
                                    

💫🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫🌟

"Woy udah lah, habis berapa lu malam ini?!"

Sanjaya merebut rokok yang hendak dinyalakan oleh Niskala untuk kesekian kalinya. Lalu Sanjaya mengambil alih rokok itu, ia mengisapnya dengan tenang. Niskala menghela napasnya, ia lalu menyeruput kopi yang masih panas, dan seketika lidahnya terbakar.

"Sialan, panas banget!" Kata Niskala.

"Ya lu bego, itu baru dibuat makanya panas!" Sahut Ilham yang sedang duet ludo dengan Ciko di kursi kayu sebrang Niskala dan Sanjaya.

"Sini-sini!" Sanjaya kembali merebut bungkus rokok yang dipegang Niskala.

"Apaan sih anjing, lu beli napa sendiri!" Kata Niskala kesal.

"Heh lu pikir dah sendiri, lu udah habis berapa batang malam ini doang? Gila kali lu mau nambah lagi?" Ucap Sanjaya yang akhirnya berhasil merebut bungkus rokok itu.

"Iya emang udah gila gua." Sahut Niskala seraya menyisir rambutnya dengan jemari ke arah belakang.

Ilham yang sedang asyik bermain ludo menoleh ke arah Niskala. Begitupun dengan Ciko. Pada akhirnya mereka berdua menyudahi pertandingan ludo tersebut.

"Lu kenapa sih?" Tanya Ciko pelan.

"Siapa? Gua?" Tanya Niskala.

Ciko mengangguk. Wajah penasaran bukan hanya ditunjukkan oleh Ciko, Ilham dan Sanjaya juga demikian.

"Gapapa. " Kata Niskala.

"Halah gapapa apanya, itu muka lu gak bisa bohong, Ji." Sahut Ilham.

Niskala menggaruk tengkuknya. Ia lalu menaruh kedua tangannya di atas meja, sikap tegak seperti anak TK.

"Nala... kayaknya dia dibully di sekolah. Gua cuma lagi mikirin gimana caranya bantuin dia." Kata Niskala pelan.

"Anjir, seriusan lu?" Tanya Sanjaya.

Niskala menaikkan pundaknya. "Ya gak tahu, tapi kayaknya sih begitu, dia dibully. Gua belum nanya langsung ke orangnya. "

"Yaudah, nanti kita tindak bareng-bareng kalau emang bener dia dibully. " Sahut Ciko.

Ilham dan Sanjaya mengangguk setuju. Niskala hanya tersenyum tipis menanggapi ketiga sahabatnya. Sebab, ia bukan hanya memikirkan Nala yang dicurigai dibully oleh teman-temannya. Ia juga sedang memikirkan sesuatu hal yang akhir-akhir ini menganggu dirinya. Sesuatu yang membuat Niskala takut, khawatir, cemas. Namun, ia masih belum membuka suara perihal itu, ia masih belum yakin atas apa yang terjadi.

"Oh iya, Jay, sini balikin rokok gua!" Kata Niskala, menagih rokok yang diambil Sanjaya.

Sanjaya menyilangkan tangannya, ia tidak mau memberi kembali rokok itu pada Niskala.

"Cepat, Jay. Ini malam terakhir gua merokok. Satu batang lagi sebelum gua berhenti merokok!" Kata Niskala.

Ciko terheran. "Kesambet setan apa lu?"

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang