11. Sarapan

934 106 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💫🌟

"Semuanya, aku punya informasi penting, mau dengar gak?" Ucap Niskala seraya tersenyum.

Nala menoleh pada Niskala yang berada di sebelahnya. Mereka berdua sedang menonton vidio dokumenter National Geographic malam itu. Vidio dokumenter tentang sebuah Hiu Macan yang sedang dicari oleh beberapa peneliti, untuk diteliti karena ukurannya yang sangat besar, bernama Kamakai.

Mama dan Papa mereka sedang berada di ruangan yang sama--di ruang tengah--sedang membicarakan berita politik yang tidak henti-hentinya naik ke permukaan media di negeri ini, karena ada saja beberapa oknum pemerintah yang membuat putusan tidak masuk akal, yang kadang malah menyulitkan rakyatnya. Mereka pun ikut menoleh ke anak tengahnya itu. Ikut penasaran.

"Penting banget? Ini Papa lagi seru ngobrolin politik sama Mama kamu, kalau gak penting mah nanti aja." Ucap Papanya.

"Penting, Pa. Ini pentinggg banget!" Sahut Niskala.

"Jadi gini, mulai besok Nala sekolahnya gak akan bareng sama abang lagi berangkatnya." Ucap Niskala seraya menoleh pada adiknya.

"Loh kok gitu?" Tanya Nala.

"Sebentar, ini informasinya belum selesai, Nala." Ucap Niskala seraya manggut-manggut.

"Jadi kemungkinan Papa bakal berangkat bareng sama Nala, karena kalau Bang Naren 'kan gitu ya, suka emosi kalau telat ke kampusnya, udah gitu arahnya juga beda 'kan." Jelasnya.

Papanya menoleh. "Ya kalau Papa gak masalah harus nganter adek, tapi kamu kenapa tiba-tiba begitu? Lagian sekolah kalian 'kan sebelahan, cuma terpisah gang."

"Belum selesai Papa, dengar dulu!" Ucap Niskala.

Papanya mengulum bibir. Diam. Menyimak apa yang sebenarnya ingin dikatakan anaknya itu.

"Jadi alasannya itu karena sekarang ... Niskala punya pacar. Akhirnya ya anak ganteng Papa Mama ini punya pacar ... itu aja sih infonya." Jelasnya seraya senyum-senyum sendiri.

"Terus lu menyingkirkan gua demi berangkat bareng sama kekasih?" Tanya Nala dengan wajahnya yang mengancam.

Niskala mengangguk seraya tersenyum lebar pada Nala. "Maaf ya, Sayang, jangan nangis gak berangkat bareng abang lagi!"

"Dih amit-amit, lagian gua udah gede, gak bergantung sama lu!" Ucap Nala seraya menarik bantal yang sedang digunakan Abangnya untuk bersandar. Yang membuat Abangnya kepentok tembok di belakang mereka.

"Gak usah ngambek, Ganteng." Ucap Niskala seraya mencubit pipinya Nala.

"Diem ah ganggu banget!" Sahut Nala sambil cemberut.

"Nala cemburu?" Tanya Mamanya.

Nala melirik ke Mamanya. "Apa sih, Ma? Cemburu apa coba?"

"Cemburu karena Abang kamu udah punya pacar. Lagian kentara kok wajah cemburu kamu itu, Dek." Ucap Papa menjelaskan.

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang