31. Ujian Sekolah Hari Pertama

750 75 6
                                    

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆

Ayara berjalan sendirian di dalam gedung rumah sakit hari ini. Sanjaya, Igus, dan Ciko berencana datang malam hari, katanya mereka ingin nostalgia nongkrong bareng malam-malam. Ayara diantar oleh Sanjaya sampai depan rumah sakit tadi, sekarang ia sedang berjalan menuju kamar rawat di mana Niskala berada.

Ayara sampai di depan pintu kamar itu, kamar rawat melati 103. Ayara bisa melihat Niskala dari kaca transparan berukuran kecil yang ada di pintu itu. Ia bisa melihat Niskala dengan raut wajah yang sedih sambil menatap jendela di sampingnya. Ayara lalu menenangkan dirinya sendiri, mengusap-usap dadanya, berusaha untuk tenang. Beberapa saat berdiri di depan pintu itu, Ayara lalu memutuskan untuk mengetuk pelan pintu itu.

Setelah diberi izin untuk masuk, Ayara membuka pintu itu. Ayara menjinjing paper bag di tangan kanannya, entah berisi apa, terlihat tidak begitu penuh. Ia lalu bersalaman dengan mama. Ini adalah pertama kalinya mama bertemu Ayara secara langsung.

"Jadi ini Ayara, apa kabar, Nak?" Tanya mama dengan lembut.

Ayara tersenyum ramah. "Baik Tante. Tante apa kabar?"

Mama terkekeh kecil. "Panggil mama aja, Ra. Kabar mama baik kok, Alhamdulillah."

Ayara tersipu malu. Ia terkekeh kecil setelah itu. Ini pertama kalinya ia bertemu mamanya Niskala. Ia sedikit gugup.

"Yaudah, mama keluar dulu, mama gak mau ganggu kalian. Kalau ada apa-apa nanti panggil mama ya, Ra, mama gak jauh kok, mama mau nonton tv di ruang tunggu." Ucap mama pelan.

Ayara mengangguk mengiyakan. Setelah mama keluar, Ayara lalu beralih ke dekat Niskala. Ia berdiri di samping Niskala saat ini.

"Jangan bengong." Ucap Ayara pelan.

Niskala mengedipkan kedua matanya. "Beneran kamu di sini, Ra?"

Ayara mengangguk sambil tersenyum. Ia lalu duduk di kursi sebelah ranjang pasien. Ia lalu menaruh paper bag itu di atas pangkuan Niskala.

"Hadiah spesial untuk kamu." Ucap Ayara.

Niskala lalu mengintip isi paper bag itu. Ada beng-beng, dua jenis kue kering, sekotak kukis, dan juga amplop berwarna pink dengan hiasan pita putih di atasnya.

"Ada suratnya?" Tanya Niskala memastikan.

Ayara mengangguk kecil. "Bacanya nanti ya, kalau aku sudah pulang dari sini."

"Niskala apa kabar?" Tanya Ayara pelan. Ayara menyentuh tangan Niskala dengan lembut, lalu menggenggamnya dengan erat.

Niskala memegang tangan Ayara dengan tangan satunya yang tertancap jarum infus. Ia mengelus-elus tangan Ayara dengan lembut.

"Aku sebenarnya gak bisa bilang keadaanku baik-baik saja, Ra. Gimanapun juga aku lagi sakit, aku gak bisa bohong kalau kamu sendiri bisa lihat keadaan aku gimana, gak mungkin kan aku jawab keadaan aku baik-baik saja tapi aku masih pakai bantuan oksigen dan aku masih pakai infusan begini." Kata Niskala pelan.

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang