16. Berbohong Di Atas Kebohongan

1.2K 154 19
                                    

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆꒷꒦‧₊˚𓆩♡𓆪˚₊‧꒦꒷⋆

Bugh

Pukulan yang cukup keras mendarat di pipi Nala. Ia tersungkur saat tendangan dari satu orang lainnya mengenai perutnya. Nala meringis, rasanya sakit sekali, perutnya seakan ditusuk ribuan jarum di waktu yang bersamaan. Belum sampai di situ, Gandi mengambil balok kayu yang ada di tumpukan meja di dalam gudang itu. Lalu ia melayangkan balok kayu itu tepat ke kepala Nala.

Seketika kepalanya pusing. Ia lalu memegangi kepalanya, menatap Gandi dengan tatapan marah. Nala meneteskan air matanya, saat ia melihat tangannya berlumuran darah. Pukulan dari balok kayu yang cukup keras itu, telah membuat kepala Nala bercucuran darah.

Nala berusaha berdiri. Ia enggan terlihat lemah saat ini. Ia menatap Gandi berserta teman-temannya yang setia itu, dengan tatapan sangat marah. Kedua matanya memerah, bergelimang air mata. Nala mengepalkan tangannya, mengepal tangan kanannya kuat-kuat. Nala melangkahkan kakinya walau agak oleng karena kepalanya yang pusing.

Bugh

Tinjuan itu tepat mengenai wajah Gandi. Nala mengangguk. Ia memukuli Gandi dengan amarahnya yang memuncak. Tapi pada kenyataannya ia tetap kalah. Seberapapun ia memukul Gandi hari ini, ia tidak akan pernah menang. Karena saat belum puas memukuli Gandi, teman-temannya itu mengunci tangan Nala ke belakang, yang membuat Nala memberontak, meraung marah.

"ANJING LU SEMUA!"

"LEPASIN GUA BANGSAT!"

Nala meraung tak henti-hentinya. Tangannya diikat di kaki meja dengan erat. Sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memberontak dan meraung. Tidak ada siapapun yang bisa menolongnya sekarang.

"Jadi mana teman lu Si Cina itu?" Tanya Gandi pelan.

Gandi mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena ditinju oleh Nala. Ia lalu meludah sembarangan, meludahkan darah dari mulutnya.

"Bangsat lu, Cung, bibir gua berdarah." Katanya.

Nala terkekeh. "Kepala gua bocor."

"DASAR BEGO, SAKITAN GUA ANJING!" Sambungnya penuh umpatan. Lalu Nala mengernyit. Kepalanya sakit sekali sekarang.

"Karena lu lebih pantas begitu, Cung, lu gak berhak bahagia bareng Si Cina itu!" Ucap Gandi tepat di depan wajah Nala.

Gandi menghela napasnya. Ia puas melihat Nala kesakitan, diikat pula di kaki meja, yang membuatnya tertawa melihat Nala memberontak seperti itu.
"Lucu banget liat lu begitu, Cung. Tapi sayang, udah sore. Gua mau balik." Kata Gandi seraya terkekeh.

"Gua kunci ya gudangnya, Cung? Sampai besok." Ucap Gandi.

Gandi dan teman-temannya berpamitan pada Nala. Mereka keluar dari gudang itu. Gandi benar-benar mengunci gudang itu. Nala pasrah. Ia lalu meneteskan air matanya. Mungkin ia akan mati di dalam gudang ini. Rasa sakit di kepalanya seakan membuat kesadarannya menurun

Sebuah PosisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang